Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percaya Vs Paranoid

Kompas.com - 12/06/2012, 15:40 WIB
Halo Prof

Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter

Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com

Sakitnya tidak dipercaya

Tidak dipercaya itu menyakitkan. Setiap kita senang jika dipercaya. Namun kadang kepercayaan orang menurun tatkala menjumpai sahabat atau ortunya berbohong.

Ada satu cerita, tentang seorang pemuda yang kos di sebuah pinggiran kota dekat sebuah perkebunan sawit. Pemuda ini suka bercanda  dan berbohong. Pemuda ini suka menakut-nakuti temannya di kos. Kadang dia bilang ada ular. Kadang berteriak ada tikus. Semua dengan tujuan menakuti dan bercanda. Namun lama kelamaaan temannya tidak percaya kepada teriakannya. Hingga suatu hari, dia berteriak dengan temannya ada ular besar masuk kamarnya. Tak seorangpun datang ke kamarnya. Si pemuda tadi terluka parah karena dipagut ular.

Demikian hidup kita. Jika kita banyak berbohong, teman, orangtua atau pimpinan kita akan sulit percaya. Akan sangat menyakitkan ketika kita bicara sesuatu yang benar, tetapi tidak dipercayai. Tetapi itu buah dari sikap dan perilaku kita yang sering berbohong.

Dari mana sifat bohong ini.  Mungkin anda dibesarkan ortu yang kerap berbohong. Atau sisa dari pengalaman masa kecil. Kita dibesarkan ayah atau Ibu yang tiran dan otoriter. Untuk menghindarkan kemarahan dan kekerasan ortu kita berbohong. Jika ini sudah menjadi habit kita akan mengalami kesultan sendiri mengatasinya di masa dewasa. Jika seorang anak dibesarkan dengan banyak contoh kebohongan, jangan heran besarnya punya kecenderungan suka berbohong.

Dari catatan ini, penulis menegaskan bahwa sikap jujur dan dapat dipercaya pertama-tama dibangun dari keluarga.  Kasih sayang dan disiplin orangtua menjadi dasar. Ayah dan Ibu merupakan  pendidik  utama dan perdana membangun insan yang takut akan Tuhan, jujur dan bertanggungjawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com