Deby Vinski Berbagi Hormon Cinta

Para dokter yang merawat ayah Deby tidak dapat berbuat banyak. ”Mereka (dokter) semua bilang, ya memang sudah begitu. Saya pikir pasti masih ada yang bisa dilakukan,” ujar Deby yang saat itu berprofesi sebagai pengusaha dengan pendidikan formal kedokteran.

Dia pun mencari jawabannya. Suatu ketika, dia berpikir papinya bisa sembuh jika selnya dirapikan. Deby pun meninggalkan usahanya, lalu terbang ke Paris dan beberapa negara Eropa untuk mempelajari pengobatan anti-penuaan. Singkat cerita, Deby berhasil menjadi dokter spesialis pengobatan antiaging. Semua ilmu yang diperoleh langsung Deby praktikkan kepada ayahnya.

”Hormonnya Dokter rapikan. Ternyata Papi sembuh. Dulu, jalan saja susah, sekarang Papi bisa dansa dan olahraga. Suatu hari sepulang joging, Papi ngomong, ’Nak, Papi punya teman jalan pagi sepuluh, sekarang delapan orang sudah pergi.’ Saya bilang, ’Hello, Papi, engkau nanti akan sendirian karena semua teman Papi sudah pergi duluan. Kenapa bisa? Sebab engkau aku suntik antiaging terus, ha-ha-ha,’” ujar Deby yang menjabat Presiden World Council of Regenerative, Preventive, and Anti-Aging Medicine.

Sejak berhasil menyembuhkan papinya, Deby memutuskan terjun kembali ke dunia kedokteran, terutama pengobatan anti-penuaan. ”Saya dulu punya janji, kalau saya bisa menyembuhkan Papi, saya juga akan menolong orang lain,” ujar Deby.

Siapa yang ingin awet muda?

(Indira Permanasari/Budi Suwarna)