Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melirik Bisnis Rumah Sakit

Kompas.com - 07/01/2013, 02:30 WIB

Tidak semata berkah, tetapi juga penuh perencanaan. Harus diakui kami sempat keteter pada awalnya karena tidak punya pengalaman mengoperasikan bisnis RS. Menjalankan usaha apa pun mesti kreatif. Waktu itu, tingkat keuntungannya kecil. Model bisnis yang cocok dicari. Kelangkaan dokter diatasi dengan hubungan dengan dokter. Mereka nyaman bekerja di tempat kami dan tetap bisa mengembangkan karier. Dokter profesi paling giat belajar. Fasilitas dikembangkan sebagai bagian pengembangan belajar dan spesialisasinya.

Kiat memadukan fungsi bisnis dan sosial pada usaha RS?

Peraturan pemerintah diikuti. Fungsi sosial juga penting. Kami lebih dari itu, mengembangkan model jembatan fungsi sosial tanpa menghilangkan fungsi komersial. Usaha berbiaya rendah, tapi kualitas dan suplai tetap dijaga. Usaha berbiaya rendah pun bisa menghasilkan nilai komersial menjaga kelangsungan hidup. Kami punya unit RS Siloam untuk kelas menengah ke bawah. Menerima kartu Askes dan Jamkesmas.

Tingkat persaingan bisnis RS saat ini?

Dari sisi kepemilikan, RS di Indonesia lebih banyak dimiliki dan dikelola individu. Hanya beberapa korporat yang punya RS. Kami bersaing dengan individu. Persaingan di sini lebih ke persaingan dokter. Kami mau ubah pandangan bahwa Siloam atau merek RS lebih penting dari nama besar dokter. Sebab, di Indonesia pasien banyak mengikuti dokternya.

Bagaimana pengelolaan Siloam sebagai unit bisnis menguntungkan?

Kami dapat melakukan substitusi peralatan. Di daerah yang warganya memiliki kesadaran pada kesehatan lebih tinggi, kami menggunakan peralatan RS yang paling canggih. Ketika sudah ada daerah yang bisa menggunakan, kami dapat salurkan peralatan ke daerah baru itu. Hal ini juga terkait operator. Pindah dan tetap berguna. Misal, ada kulkas tapi daerah tanpa listrik. Kulkas itu bisa jadi lemari baju. Kami juga melakukan kapitalisasi dokter. Melalui telemedicine, dokter dan pasien terbantu. Fasilitas ini dibangun dengan jaringan khusus.

Bagaimana properti dan mal terkait pengembangan RS ini?

Kami jauh hari sudah mempersiapkan semuanya. Sebagai perusahaan terbuka, persiapan itu sekitar 3-4 tahun. Sudah bergulir, tinggal perbaikan-perbaikan. RS, properti, ataupun mal dikembangkan bersama-sama. Pertumbuhan RS tahun 2013 bisa 40 persen dari total usaha. Namun, properti juga dinamis, tetap tumbuh. Bagi kelas menengah disediakan perumahan yang mendekati tempat kerja. Sejak 2010, kami mulai perubahan yang transformasional. Akan bangun 20 RS baru, 15 mal baru. Di banyak daerah belum ada mal. Ini bagian dari sistem logistik. Banyak yang menjajah UMKM, tetapi kami bangun mal komunitas dengan luas 50.000-60.000 meter persegi. Kami ingin membawa ritel modern ke daerah-daerah di Indonesia. Hal itu lebih efisien dibandingkan dengan ritel tradisional. Mal dengan fungsi logistik yang baik layak dikembangkan dan fungsinya sangat krusial bagi Indonesia.

Bagaimana sumber pendanaan?

Pertumbuhan dan peringkat utang menunjang penerbitan surat utang perseroan. Formula bisnis dan model bisnis yang terintegrasi itu menjadikan kami memiliki kemampuan permodalan yang lebih bagus. Penerbitan surat utang dalam beberapa pekan sudah beres, sementara bila mengajukan pinjaman ke bank bisa berbulan-bulan (Semester II tahun 2012, S&P dan Fitch menaikkan peringkat korporasi menjadi BB-).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com