Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2013, 09:42 WIB

Tidak hanya itu, Sri Setyani sendiri juga harus belajar membatik di Pekalongan. Meski dia berpengalaman dalam soal batik, mengingat cukup lama dididik dalam perdagangan batik, ternyata dia harus paham dan belajar soal pewarnaan, proses celup, proses pembatikan, dan cara membuat pola batik dengan baik.

Tak heran sejak dirintis tahun 2009, usaha batik makin eksis. Motif batik diambil dari ornamen artefak Masjid Agung Demak peninggalan Adipati Notoprojo itu. Misalnya, batik Pintu Bledeg, polanya berasal dari pengembangan pintu Bledeg peninggalan Ki Ageng Sela. Pola batik Pintu Bledeg ini menginterpretasi motif lawang yang ada gambar kepala naga.

Ada pula pola Masjid Agung, yang dipadu dengan motif bunga krisan. Motif masjid itu dibuat dalam pola besar. Sri Setyani ingin menonjolkan bentuk masjid yang dipadu kekayaan alam Demak.

Begitu juga pola belimbing atau jambu. Sri Setyani tinggal bercerita soal filosofi belimbing atau jambu ke perancang polanya. Kemudian 1-2 hari desain pola batik termaksud dapat diaplikasikan di selembar kain. Tak jarang, pola baru tidak mudah diaplikasikan di kain. Perlu kombinasi antara pola unggulan dan latar belakangnya supaya motif yang dimaksud tidak kabur dengan motif latarnya.

Di rumahnya yang juga galeri kain batik, baju, busana, dan kaus batik hasil produksinya, dipajang macam-macam kain batik untuk busana indah. Harga kain batik bervariasi, bergantung pada bahan katun atau kain sutra di label harga mulai dari Rp 150.000 sampai Rp 500.000 per kain. Untuk baju batik, mulai harga Rp 100.000 per potong.

Menurut istri Listyo Marsono ini, Tyo Collection juga menyediakan seperangkat kain batik untuk busana pasangan pengantin. Ada batik Kamajaya-Kamaratih yang mempercantik penampilan pengantin putri. Tersedia kain ukuran 12 meter, harganya mulai Rp 450.000 per kain. Diyakini, pengantin mengenakan busana batik ini dapat hidup rukun sepanjang hayat.

Meski sudah memiliki 12 karyawan andal dalam pembatikan, Sri Setyani masih berusaha untuk mencetak pembatik baru. Tak heran, setiap kali ada pesanan busana batik dalam jumlah besar, maka menjadi kesempatan baginya untuk melatih kaum perempuan desa yang berniat menjadi pembatik.

”Syarat jadi pembatik itu harus telaten, teliti, dan mencintai seni. Kalau sudah punya talenta itu, maka hasilnya akan baik. Saya senang banyak pembatik yang dibina karena suatu saat mereka pasti bisa membuat kain batik sendiri,” kata Sri Setyani. Dengan membagi ilmu membatik ini, dia tidak hanya menciptakan pembatik andal, tetapi juga menyebarkan usaha batik supaya sejarah Demak dalam perbatikan makin dikenal.

(Winarto Herusansono)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com