Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Komunitas Jadi Solusi

Kompas.com - 17/06/2013, 03:05 WIB

”Banyak kalangan menilai, di London sudah tak ada masalah sosial karena fasilitas kota, transportasi, kesehatan, dan pendidikan sudah tersedia dengan baik. Padahal, di bawah permukaan, masih ada masalah- masalah lain yang harus ditangani dan itu kemudian efektif ditangani komunitas,” kata Tommy Hutchinson, pendiri dan CEO i-genius.

I-genius merupakan gerakan komunitas berbasis entrepreneur sosial yang membuka jaringan seperti Facebook atau LinkedIn, tetapi khusus untuk pelaku kewirausahaan sosial. ”I-genius mendorong pelaku kewirausahaan sosial di seluruh dunia untuk berkolaborasi,” katanya, yang kini jaringannya sudah merambah di sekitar 200 negara.

Di London, misalnya, sewa tempat untuk perkantoran sangat mahal. Padahal, tempat yang dibutuhkan untuk bisnis tertentu tak terlalu besar. Menjadikan rumah untuk kantor, apalagi untuk surat menyurat, juga terkesan tidak profesional. Di sisi lain, banyak bangunan tua milik pemerintah yang tidak digunakan. Menjembatani kenyataan itulah muncul komunitas berbasis kewirausahaan sosial HUB-Islington London.

Mereka menyewa bangunan tua yang tidak terpakai, lalu digunakan bersama-sama oleh komunitas. ”Kami menyediakan tempat, jaringan internet, telepon, faksimile, printer, scanners, dapur, dan fasilitas lain sesuai kebutuhan,” kata Anna Levy, Manajer HUB-Islington yang kini sudah memiliki sekitar 5.000 anggota di 30 negara.

Diterapkan di Indonesia

Ada lagi Clear Village, yakni gerakan kewirausahaan sosial yang menghimpun berbagai ahli dan profesional untuk menghadapi satu persoalan tertentu di masyarakat. Komunitas itu misalnya menangani Walled Garden di Bedfords Park, London. Taman peninggalan tahun 1770 itu menjadi pusat inovasi hortikultura pada zamannya tetapi telantar sejak 1999.

”Berbagai profesional yang yang tergabung dalam Clear Village kemudian menangani sehingga menjadi bagus kembali,” kata Alice Holberg, Direktur Operasi dan Pengembangan Clear Village.

Ada pula gerakan kewirausahaan sosial Bike Works. Asalnya gerakan ini perusahaan penjualan sepeda, kemudian mendirikan perusahaan baru berbentuk kewirausahaan sosial, seperti melatih anak-anak pengangguran dan orang yang baru keluar dari penjara. Uniknya, perusahaan ini juga menyewakan alat-alat untuk memperbaiki sepeda kepada anggota. ”Jika tidak bisa memperbaiki sendiri, barulah ditangani montir profesional,” kata Jim Blakemore, pimpinan Bike Works.

Berbagai bentuk kewirausahaan sosial yang ada di London ini sangat mungkin diterapkan di Indonesia. Karena itulah, British Council Indonesia mengajak para pemenang Kompetisi Kewirausahaan Sosial 2012 ke London. ”Melalui kunjungan ini, diharapkan wawasan peserta semakin terbuka dan bisa berinovasi untuk membuat Indonesia yang lebih baik,” kata Ari Susanti, Program Manajer British Council Indonesia.

”Kami punya keyakinan penuh karena peserta adalah generasi muda inovatif,” kata Mahardhika Sadjad, Programme Officer British Council Indonesia.

Bijaksana Junerosano, inisiator Greeneration Indonesia, yang menjadi peserta, berkeyakinan, masih banyak persoalan di masyarakat yang bisa ditangani melalui kewirausahaan sosial. Dalam konteks ini, gerakan komunitas menjadi solusi terhadap masalah yang ada di masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com