Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lezatnya Rasa Manis Pedas Babat Gongso Legendaris dari Semarang

Kompas.com - 24/04/2018, 07:37 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Pecinta kuliner jalanan, melancong ke Semarang belum lengkap rasanya jika belum mencoba Nasi Goreng Babat Pak Karmin Mberok.

Berlokasi di Jalan Pemuda, dekat dekat Jembatan Mberok Kota Lama, tempat ini tak pernah sepi dari pengunjung.

Jika sedang sangat ramai, kita bahkan harus rela makan melipir di pinggir kali. Mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat gemar makan di tempat ini.

Berdiri sejak 1971, Nasi Goreng Babat Pak Karmin terbilang legendaris. Tempatnya tak pernah berpindah sejak awal mula dibuka. Saat ini, pemiliknya Sukarmin hanya membuka satu cabang di Jalan MH Thamrin Semarang yang dikelola oleh anak pertamanya.

Beragam sajian babat gongso khas Semarang yang bisa menjadi pilihan kamu jika berkunjung ke tempat ini, di antaranya nasi goreng babat dan nasi babat. Jika ingin alternatif lain, kamu bisa memilih nasi goreng ayam atau telur.

Harga nasi goreng di tempat ini tak pernah berubah sejak 25 tahun lalu, berkisar Rp 15.000 hingga Rp 25.000.

"Harga segitu sudah cukup buat saya. Saya tidak punya lagi tanggungan, anak sudah besar semua, tinggal istri. Saya ingin mengundang pembeli sebanyak-banyaknya dengan rasa yang enak," ujar Sukarmin saat berbincang dengan Kompas.com di sela acara Jelajah Gizi 2018.

Pak Karmin tak langsung meraih sukses sejak awal. Lokasi tempatnya berdagang saat ini dulu bukan lah lokasi yang ramai didatangi orang.

Kurun waktu 10 tahun pertama berdagang, hanya sekitar dua hingga empat orang pembeli yang dilayaninya setiap jam. Keuntungan yang diraupnya tak banyak.

"Paling sedikit, untuk makan anak-istri," ucapnya.

Namun, usaha yang dirintisnya sejak berusia 22 tahun itu berhasil membesarkan lima anaknya hingga menikah bahkan saat ini menjadi menjadi kuliner legendaris Kota Lumpia.

Kini, cabang pusat Nasi Goreng Pak Karmin bisa melayani sekitar 600 pelanggan setiap harinya.

Pemilik Nasi Goreng Babat Pak Karmin, Sukarmin, berpose di depan tempat makannya yang legendaris di Jalan Pemuda, Semarang, yang tak pernah sepi pembeli. Tempat makan ini buka mulai Pukul 08.00 hingga 22.00.KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Pemilik Nasi Goreng Babat Pak Karmin, Sukarmin, berpose di depan tempat makannya yang legendaris di Jalan Pemuda, Semarang, yang tak pernah sepi pembeli. Tempat makan ini buka mulai Pukul 08.00 hingga 22.00.
Ia mengaku selalu senang dan tak pernah putus asa dalam menjalani usahanya, sekalipun sukses tak diraihnya begitu saja.

Hal yang utama menurutnya adalah selalu berpegang pada Tuhan dan mencintai pekerjaan.

"Saya mencintai dulu pekerjaan. Kalau mencintai pekerjaan kan berhati-hati. Masakannya juga gitu. Kalau nasinya enggak enak, supaya enak gimana. Saya selalu jujur, sampai sekarang jadi anugerah," kata dia.

Pelanggan sebagai kunci kesempurnaan rasa

Nasi babat gongso akan disajikan dengan kuah manis-pedas yang mampu menggoyang lidah. Sementara untuk nasi goreng, potongan babat yang dimasak lembut akan dicampurkan dengan bumbu gurih yang meresap pada nasi.

Soal resepnya, Karmin menggunakan resep dari eyangnya yang dulu menjajakan kuliner yang sama.

Ia pun terus bereksplorasi hingga menemukan rasa yang menurutnya pas.

Meski begitu, hingga saat ini Karmin masih sering ngobrol dan mendapatkan masukan dari para pelanggannya.

Waktu buka tempat makan yang dimulai Pukul 08.00 hingga 22.00 digunakannya untuk mengakrabkan diri dengan mereka.

"Memang sejak dulu tahun 71, pelanggan dengan saya begini," kata Karmin sambil mengaitkan kedua jari telunjukkan. Menunjukkan hubungannya yang akrab dengan para pelanggan setia.

"Bahkan pelanggan yang sudah seumur saya kalau datang ke sini ngobrol dulu baru makan."

Menurutnya, keakraban dengan pelanggan adalah kunci dari rasa masakan yang sempurna. Keakraban tersebut juga membuat mereka loyal dan terus berkunjung ke tempat makannya.

Karmin setiap hari berada di warung makannya. Menurut dia, hal itu sudah semacam hiburan baginya.

"Ini namanya suatu hiburan. Kan pikiran yang lain hilang. Ini yang bikin kesehatan. Jadi gizi itu ada gizi makanan, gizi hati dan gizi pikiran," ucap Karmin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com