Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempurna ala Media Sosial dan Rasa Iri yang Lahirkan Tekanan Psikologi

Kompas.com - 10/10/2018, 10:31 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

"Saya perhatikan, kebanyakan dari kita mengetahui apa yang ada di media sosial itu tidak nyata. Kita bisa menalarnya secara rasional, tetapi di tingkat emosional, hal itu tetap menjadi sebuah tekanan," ujar Andrew menjelaskan hasil pengamatannya.

Masih merujuk pada pengamatan Andrew, rasa iri tidak memandang kelompok umur dan kelas sosial yang ada. Semua kalangan bisa dihinggapi perasaan ini.

Seorang perempuan muda mengikuti akun-akun tertentu di Instagram untuk menemukan inspirasi gaya rambut dan teknik berdandan. Akan tetapi, yang ada justru perempuan ini merasa iri dengan perempuan lain dalam akun yang diikuti, dan merasa dirinya buruk.

Pun dengan pebisnis yang mencari inspirasi strategi di Twitter. Bukan mendapat apa yang dicari, hasil akhir yang didapat ia merasa orang lain lebih sukses daripada dirinya sendiri.

Rasa pesimistis tumbuh subur dalam diri.

Rasa iri

Berdasarkan keterangan dari psikolog sosial, Sherry Turkle, seseorang bisa merasa iri dengan citra dirinya di media sosial yang ia bentuk sendiri. Ia menganggap dirinya di media sosial bukan dirinya di kehidupan nyata.

Parahnya, ia iri dengan citra diri yang ia ciptakan sendiri melalui akun media sosialnya.

Kesempurnaan yang ditunjukkan dalam media sosial tidak tercermin dalam realitas diri yang sebenarnya "kosong". Kesempurnaan itu hanya bisa membuat orang lain dan diri kita yang sebenarnya, iri.

Menurut psikoterapi psikoanalitik, Patricia Polledri, 'iri' mengacu pada artian yang sedikit berbahaya.

"Iri bukan hanya menginginkan sesuatu untuk diri kita sendiri, tapi tidak menginginkan orang lain untuk memiliki itu. Iri dilakukan secara diam-diam, menghancurkan, dan licik," ujar Polledri.

Menurut terapis, Dryden, sifat iri yang datang dari konsumsi sosial media, dilatarbelakangi oleh dua faktor: percaya diri yang rendah dan intoleransi terhadap kekurangan diri.

Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah pendidikan yang tepat sejak dini tentang rasa percaya diri.

Baca juga: Batasan Wajar Menggunakan Media Sosial Dalam Sehari

Pertama dengan menerima ketika seseorang memiliki sesuatu yang kita inginkan tapi tidak kita miliki. Selanjutnya meyakinkan diri bahwa kita bisa bertahan tanpa memiliki hal itu.

Terakhir anggapan bahwa nilai diri tidak akan berkurang hanya karena tidak memiliki hal itu.

Cara lain untuk mengatasi faktor timbulnya rasa iri di sosial media dikemukakan oleh Kross.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com