"Meskipun gue sudah ada bakat menggambar dari kecil, pengetahuan tambahan (soal desain) juga hal penting," ujar Mohan.
Merasa berbakat dan memiliki koneksi dengan orang-orang yang berkecimpung dalam produksi busana, Mohan mendapat kesempatan mendesain ratusan kaus dari "bos pasar".
Desain busana tersebut diproduksi massal dan dijual di pasar-pasar.
"Sistemnya itu beli putus gambar-gambar gue," katanya.
Mohan mengaku tak malu. Sebab, dari pekerjaan tersebut justru membawa dia untuk mendapatkan modal untuk mendirikan Thanksinsomnia.
Satu per satu peralatan dan perlengkapan untuk Thanksinsmonia pun mulai dibeli, salah satunya mesin jahit kain Juki.
Mohan ingat, mesin pertama kali yang dibeli itu seharga Rp 3 juta. Selain itu, ia juga turut membeli bahan D300 untuk tas seharga Rp 300.000 untuk memutar bisnis Thanksinsomnia.
Desain tipografi simpel
Saat ini Thanksinsomnia lebih jamak dikenal dengan koleksi apparel seperti kaus, jaket, kemeja dan celana.
Dulu, saat kali pertama berdiri, Thanksinsomnia justru membuat tas khusus pemain skateboard.
Menurut Mohan, tas itu pun laris-manis karena memang tak memiliki pesaing berat.
"Demand-nya sih gitu, karena enggak ada yang supply, ada nih Thanksinsomnia, akhirnya jadi kaya enggak ada alternatif lain, ya beli," kata Mohan.
"Skate-shop di Tangerang cuma dia aja saat zaman itu."
Kendati diminati, Mohan justru banting stir untuk membuat apparel.
Keputusan ini dibuat, karena selain ia mudah bosan, juga ingin memakai sesuatu yang memang disukai.
Mohan langsung membuat desain kaus dengan ciri khas, tipografi "Thanksinsomnia".
Dia mengaplikasikan pada kaus polos hitam atau putih.
Koleksi pertama tersebut dijual lewat gerai distro temannya yang memang tengah berkembang. Selain itu, Mohan pun memutuskan untuk merambah jualan online ketika tengah booming Blackberry Messenger.
"Saat jual consignment, aman, karena kan orang sudah tahu lewat tas," katanya.