Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/09/2019, 11:47 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Vape diperkenalkan kepada perokok sebagai pengganti rokok yang aman. Perangkat ini dengan cepat mendapat perhatian di kalangan perokok, terutama remaja. Namun, komunitas medis mulai memahami efek buruk pada kesehatan.

Para peneliti dari Universitas Kansas mengajukan pertanyaan tentang vape atau rokok elektrik dan manfaat kesehatannya yang dilaporkan.

Tim penelitian telah menemukan, bahwa nikotin dari perangkat tersebut dapat menyebabkan masalah pernapasan yang sama yang memengaruhi dan membunuh perokok tembakau.

"Vaping dianggap tidak berbahaya, meskipun tidak ada data untuk mendukung pernyataan itu," kata Matthias Salathe, salah satu peneliti dan ketua Departemen Penyakit Dalam di Sekolah Kedokteran Universitas Kansas.

Baca juga: Vape Berbahaya untuk Remaja, Orangtua Harus Waspada

"Di sisi lain ada semakin banyak data untuk benar-benar menentang pernyataan itu," imbuhnya.

Studi baru, yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine menyatakan, bahwa nikotin yang menguap dapat merusak kemampuan alami sel-sel di paru-paru untuk menghilangkan lendir.

Temuan ini berasal dari tes laboratorium dengan robot yang mengekspos donor paru-paru yang terkena nikotin.

Kurangnya kemampuan untuk membersihkan lendir dapat menyebabkan bronkitis kronis, kata para peneliti.

Baca juga: Mengerikan, Hampir 100 Kasus Penyakit Paru-paru Misterius Berkaitan dengan Vape

Dengan temuan itu, Salathe mendukung beberapa ilmuwan yang memeringatkan bahwa vape dapat membuat lebih banyak orang berisiko terkena penyakit paru obstruktif kronis (COPD).

Vape menyebabkan kerusakan yang sama di paru-paru domba, yang mana saluran udaranya meniru manusia ketika terkena asap rokok elektrik.

Menurut American Thoracic Society, Disfungsi mukosiliar juga terjadi pada penyakit paru-paru lainnya, termasuk asma dan cystic fibrosis.

"Studi ini tumbuh dari penelitian tim kami tentang pengaruh asap tembakau pada pembersihan lendir dari saluran udara," kata Salathe.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah salah satu penyebab utama kematian di A.S. Namun, para peneliti dari Universitas Kansas mencatat, bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami efek buruk vape.

Salathe mengatakan, bahwa mungkin perlu beberapa tahun sebelum memberikan bukti nyata.

"Untuk benar-benar tahu, kita perlu menunggu 10 hingga 20 tahun, kan? Untuk melihat apakah manusia ini benar-benar mengembangkan penyakit yang kami prediksi, ”kata Salathe.

Baca juga: Satu Bukti Lagi Mengapa Vape Tak Lebih Sehat dari Rokok Biasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com