Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Perempuan Sedunia, Sadar Kesehatan Reproduksi dan Hak Perempuan

Kompas.com - 09/03/2020, 06:37 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Kita baru saja merayakan Hari Perempuan Sedunia atau hari Perempuan Internasional.

Hari Perempuan Sedunia diyakini berawal pada tahun 1909, menyusul peristiwa para buruh perempuan pabrik tekstil New York, Amerika Serikat, yang melakukan mogok kerja setahun sebelumnya.

Para buruh perempuan tersebut menyampaikan berbagai tuntutan, seperti kesetaraan upah, jam kerja yang disesuaikan, serta hari libur atau cuti yang masuk akal.

Baca juga: Pesan Mendalam Meghan Markle di Hari Perempuan Internasional

Meski kebenaran kejadian itu diragukan kalangan sejarawan, tak sedikit pula orang yang percaya.

Mengutip dari Internationalism in The Labour Movement 1830-1940, kaum feminis Eropa yakin, kejadian tersebut adalah ide awal tercetusnya Hari Perempuan Sedunia.

Kini, dalam rangka memperingati Hari Perempuan Sedunia 2020, Andalan, merek kesehatan reproduksi di Indonesia, menggelar acara bertajuk "Perempuan Indonesia, Perempuan Andalan."

Acara ini adalah bentuk inspirasi dan motivasi bagi perempuan di Tanah Air untuk mulai berperan meningkatkan kesehatan reproduksi, serta mengambil keputusan di kehidupan sehari-hari.

Menurut Ade Maharani, Head of Marketing DKT Indonesia, saat ini perempuan Indonesia menghadapi banyak sekali tantangan, khususnya terkait kesehatan reproduksi dan pemberdayaan.

Baca juga: Hari Perempuan Internasional, Seruan Kesetaraan Gender dan Hak Asasi

"Perempuan di Indonesia masih belum merdeka atas kesehatan reproduksi atau perannya dalam mengambil keputusan karena tekanan sosial," ujar Ade di Jakarta, Minggu (8/3/2020).

"Akses pelayanan kesehatan bagi perempuan juga belum merata, sehingga banyak perempuan khususnya di daerah, sulit memperoleh layanan kesehatan yang memadai."

Karena itu Ade menyebut, bertepatan dengan momen Hari Perempuan Sedunia, pihaknya berniat mengajak perempuan Indonesia untuk menjalankan peran mereka sebagai perempuan seutuhnya.

"Kami ajak para perempuan mengenali hak-hak kesehatan reproduksi dan bebas menentukan pilihan terhadap tubuh mereka, serta menginspirasi perempuan lainnya," kata Ade.

Dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG menjelaskan, perempuan sering mengabaikan kesehatan dirinya, termasuk kesehatan reproduksi.

Kedua dari kiri ke kanan: Ade Maharani (Head of Marketing DKT Indonesia), Dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, serta Mariana Amiruddin (Komisioner Komnas Perempuan) dalam acara Perempuan Indonesia Perempuan Andalan di Jakarta, Minggu (8/3/2020).KOMPAS.com/Gading Perkasa Kedua dari kiri ke kanan: Ade Maharani (Head of Marketing DKT Indonesia), Dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG, serta Mariana Amiruddin (Komisioner Komnas Perempuan) dalam acara Perempuan Indonesia Perempuan Andalan di Jakarta, Minggu (8/3/2020).

Baca juga: Tak Sakit dan Mudah, Perempuan Tak Perlu Takut Tes HIV

"Akhirnya, mereka mengalami gangguan kesehatan terkait organ reproduksi seperti masalah menstruasi akibat stres, dan kondisi lainnya," tutur dr. Dinda.

Ia juga mengingatkan, para orangtua juga bisa mengajarkan pentingnya kesehatan reproduksi kepada anak perempuan sejak dini.

"Kita bisa mulai dari pendidikan seks. Pendidikan seks bukan melulu soal hubungan seksual."

"Perbedaan antara organ pria dan wanita harus dikenali lebih dulu. Ini hal tersimpel yang bisa kita ajarkan pada anak-anak, dan pendidikan seks harus disesuaikan usia."

"Jika anak perempuan sudah tahu teorinya, maka mereka bisa memberi perdebatan terkait mana yang benar dan tidak pada pasangan mereka," kata dr. Dinda.

Sementara itu, Mariana Amiruddin, Komisioner Komnas Perempuan mengatakan, isu ketahanan keluarga juga sangat penting untuk diketahui setiap perempuan.

"Terutama bila kita tahu masalah perempuan di dalam keluarga dan perkawinan," kata Mariana.

Baca juga: Perempuan Lebih Berisiko Alami Cedera Lutut, Apa Alasannya?

Dalam ketahanan keluarga, lanjutnya, perempuan harus menjadi hal utama. Karena perempuan adalah pihak yang mengendalikan bagaimana keluarga atau perkawinan itu sendiri.

"Mesin keluarga di tangan perempuan. Jika tidak didukung, keluarga akan berhenti di tempat dan tidak dinamis. Perempuan sebaiknya dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan didukung suaminya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com