KOMPAS.com - Topi sepeda, atau ‘casquette’ dalam bahasa Prancis, adalah salah satu benda ikonik di dunia bersepeda. Topi sederhana berbahan kain ini menghiasi kepala banyak pesepeda terkenal, dan memiliki sejarah yang dimulai lebih dari satu abad lalu.
Kini topi sepeda lebih dipandang sebagai simbol atau gaya, walau terlihat konyol bagi bukan pesepeda. Meski begitu, topi tersebut menjadi tanda yang membuatmu mendapat anggukan atau sapaan dari sesama pesepeda.
Topi sepeda adalah bagian dari budaya, seperti halnya celana ketat dan warna kulit yang belang di paha dan lengan para pesepeda. Ia tidak lepas dari sejarah sepeda, dan seperti tren yang berulang, topi sepeda kembali muncul dalam beberapa tahun terakhir.
Berikut adalah sejarah singkat dari topi sepeda, sehingga saat kamu memakainya, ada rasa bangga bahwa yang kamu kenakan bukan sekedar topi, namun identitas yang memiliki sejarah.
Awal kemunculan topi sepeda
Balapan bersepeda yang pertama kali didokumentasikan terjadi pada akhir 1800-an, di mana para pesepeda menghadapi debu, keringat, dan benda-benda lain.
Setelah itu muncul pemikiran agar para pesepeda mengenakan penutup kepala, dan dipilihlah topi jenis flat cap karena lebih cocok dan tidak mengganggu dibanding topi lain.
Maka dibuatlah topi bersepeda putih polos, yang seringnya berubah menjadi cokelat dan abu-abu karena terkena debu dan kotoran selama bertahun-tahun.
Topi ini murni fungsional, dengan maksud untuk melindungi mata dari sinar matahari, menyerap keringat agar tidak menetes ke muka, dan melindungi kepala dari panas dan hujan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.