Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiap Detik Laku 5 Produk, Kisah Jatuh Bangun di Balik Sukses Wardah

Kompas.com - 14/07/2020, 10:52 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Perlahan namun pasti, perusahaannya berkembang dari dua pegawai menjadi 25 orang. Setelah itu, ujian datang di tahun 1990.

Terbakar

Pabrik, kantor, dan rumah terbakar. Faktur yang ikut terbakar membuat banyak toko tak mau membayar utang. Di sisi lain, ia memiliki utang kepada supplier yang harus dibayar.

“Kondisi perusahaan minus saat itu,” ucap Nurhayati.

Saat itu, jika memikirkan diri sendiri, ia bisa berhenti dan mengandalkan gaji suami yang terbilang cukup.

Namun dia memikirkan karyawan dan utang sehingga tidak berniat mundur.

Nurhayati berusaha bangkit dan mencari pinjaman. Beruntung, dari pengajuan pinjaman Rp 50 juta, dia bisa diberi Rp 150 juta.

Begitu pun dari suplier, ada sejumlah bantuan. Bahkan kenalannya meminjamkan rumah untuk tempat usaha.

Kurang dari setahun, ia bisa membangun pabrik kecil di daerah Tangerang, serta sebuah rumah.

Tahun 1995, ia membuat Wardah, pionir kosmetika halal di Indonesia. Sebenarnya, ide Wardah bukan dari Nurhayati.

Saat itu, terbersit dalam dirinya untuk membuat produk halal, namun tidak mengerti cara menjualnya.

Di saat itulah, Pesantren Hidayatullah mengeluarkan ide produk halal.

Itu pun tidak langsung sukses. Karena ia menjual produknya di pesantren, sedangkan penghuninya banyak yang tidak mengenakan make up.

“Bisa dibilang saat itu gagal. Tapi saya kembali bangkit dan mencoba lagi. Saya iklan di harian yang tidak begitu terkenal, dan dapat dua disributor,” ungkap Nurhayati.

Baca juga: Amanda Rawles Jadi Brand Ambassador Wardah Termuda

Di tahun 1996, ia menjual dengan sistem direct selling dan menyuplai MLM (multi level marketing) Syariah. Nmaun di tahun 1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi.

Krisis ini berimbas pada banyaknya pengangguran, namun model usaha beralih ke MLM sehingga produknya ikut berkembang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com