Dampak gangguan mental pada anak
Annelia mengatakan, berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penyebab kematian tertinggi di Indonesia masih merupakan penyakit kardiovaskular.
"Namun, penyakit yang memberikan kondisi ketidakberdayaan adalah gangguan mental, mencapai 13 persen dari populasi," katanya.
Dampak kesehatan mental yang buruk pada anak antara lain memiliki prognosis (prediksi perbaikan dan kesembuhan) yang lebih buruk, mendapat stigma negatif, serta terhambat mendapat akses layanan kesehatan dan pendidikan.
"Mereka juga rentan terhadap gangguan perilaku atau gangguan psikologis yang lebih serius dan lebih berat."
"Selain itu, mereka mengalami keterambatan perkembangan, pencapaian hasil belajar tidak baik, dan sulit mencapai kualitas hidup yang baik," Annelia menjelaskan.
Baca juga: Gangguan Mental pada Anak, Bagaimana Cara Mengatasinya?
Masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada anak
Annelia membagi masalah kesehatan mental pada anak menjadi lima kategori, yaitu:
1. Masalah perilaku
- ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) atau gangguan hiperaktivitas karena kurangnya perhatian sehingga memengaruhi perilaku anak.
- Conduct Disorder, gangguan perilaku dan emosi serius yang membuat anak menunjukkan perilaku kekerasan dan cenderung sulit mengikuti aturan.
- Penyalahgunaan NAPZA atau narkotika dan obat-obatan terlarang.
2. Gangguan emosional, seperti gangguan mood, kecemasan, menarik diri dan keterasingan, serta stres akibat trauma.
3. Gangguan hubungan anak dengan orangtua dan keluarganya.
4. Gangguan perkembangan dan belajar seperti disabilitas intelektual, gangguan belajar spesifik, skizofrenia, dan autistic spectrum disorder (gangguan perkembangan yang ditandai oleh hambatan dalam berinteraksi sosial).
5. Gangguan perilaku makan dan perilaku kesehatan, gagal tumbuh atau stunting.
Annelia menyarankan dua hal yang bisa kita lakukan sebagai orangtua untuk memberi dukungan kepada anak dan remaja yang mengalami gangguan mental.
"Deteksi sejak dini. Ini bukan cuma tanggung jawab keluarga, melainkan seluruh elemen yang berkepentingan terhadap adanya generasi yang sehat secara fisik dan mental," ucap Annelia.
"Setelah mendeteksi adanya gangguan mental, lakukan intervensi yang sifatnya menyeluruh, fokus pada kegiatan promotif dan preventif, serta peningkatan faktor protektif atau pendukung kesehatan mental pada anak dan remaja."
Baca juga: Anak Juga Bisa Stres, Begini Cara Menghilangkan Stres pada Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.