KOMPAS.com - Ketika kita memiliki waktu senggang, biasanya kita mengaktifkan ponsel dan membuka media sosial.
Berbagai unggahan dari teman dan kerabat pun kita lihat. Misalnya, seorang teman yang update status bahwa dia baru saja membeli mobil baru.
Scroll ke bagian bawah, kita menyaksikan rekan kerja kita membicarakan politik dan menyudutkan salah satu kubu.
Kemudian, ada juga unggahan dari tetangga kita yang menikmati liburan di tempat menawan.
Atau, saudara kita yang mengunggah foto di mana ia berhasil menurunkan berat badan lewat diet yang dijalaninya.
Semua unggahan itu dapat membuat kita frustasi akan banyak hal.
Kita mulai memikirkan karier yang tidak pasti, jengah dengan topik seputar politik, kesal tak dapat menikmati liburan, atau iri karena diet yang kita terapkan tidak berhasil.
Apa yang ditampilkan di media sosial semuanya tampak sempurna. Wajar jika kita merasa terpuruk setelah melihat berbagai unggahan dari teman atau kerabat kita dan membandingkan dengan kondisi kita.
Lalu, adakah cara untuk berhenti mengakses media sosial?
Terapis kesehatan perilaku Jane Pernotto Ehrman, MEd, RCHES, ACHT, menjelaskan cara memiliki hubungan sehat dengan media sosial, serta tanda kita perlu break atau berhenti bermain media sosial.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.