Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Si Kolektor Radio Tua, Berburu "Punya" Jenderal Soedirman

Kompas.com - 11/12/2020, 13:46 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tangan kanan Denny Kusuma memegang mikrofon. Lelaki 46 tahun itu lalu berbicara menjelaskan radio yang ada di sampingnya, Philips BX676X.

Radio tua itu rupanya sangat berarti baginya. Bahkan, dia mengaku sampai kapan pun tidak akan melepas radio tersebut.

“Ini radio yang serupa dengan yang digunakan Jenderal Soedirman,” ujar Denny kepada Kompas.com dalam Pameran Radio Antik di Herbal House Bandung, Jumat (11/12/2020).

Baca juga: Demi Pasangan Hidup, Sang Penyiar Jomblo pun Dijodohkan lewat Program Radio

Menurut dia, di Indonesia radio jenis ini nyaris tidak ada. Rasio asli milik Jenderal Soedirman, kata Denny, ada tersimpan di museum TNI.

Jenderal Soedirman, sambung Denny, dulu menggunakan radio ini untuk mengetahui pergerakan Belanda.

Saat Jenderal Soedirman masuk keluar hutan, salah satu pengikutnya akan membawa radio ini beserta akinya.

Sesuai dengan kode depan radio, X berarti radio bisa menyala dengan sumber aki atau DC lainnya melalui vibrator converter.

Radio buatan Belanda ini berbahan kayu, dan pertama kali diproduksi pada tahun 1947.

Pernah ada sebuah cerita, pasukan Jenderal Soedirman akan menyeberangi sungai, namun radionya tidak dibawa.

Radio tersebut ditinggal karena khawatir jatuh ke dalam air dan rusak. Akhirnya, radio tersebut baru dibawa menyusul menggunakan jalan yang lain.

Baca juga: Pria Kolektor Boneka Poni Habiskan Puluhan Juta Setiap Tahun

Denny mengaku memeroleh radio tersebut dari Yogyakarta berkat bantuan teman. Dia mendapatkan radio tersebut dalam kondisi mati.

Radio itu diperolehnya setelah beberapa tahun perburuan. “Saya beli Rp 5 juta," kata dia.

"Kemudian memperbaiki Rp 3 juta sampai radionya bisa nyala kembali,” ucap dosen salah satu perguruan tinggi swasta ini.

Tukang reparasi radio tua di Bandung pun hanya tinggal tersisa tiga orang, itu pun sudah berusia sepuh.

Radio lain yang kental dengan sejarah Indonesia adalah Philips BIN206U. Radio dari Belanda ini adalah produksi nasionalisasi Philips yang membuka pabriknya di Kota Bandung.

Denny mengungkapkan, radio tersebut diberikan kepada Presiden Soekarno di Istana Negara untuk merayakan produksi ke 100.000.

Koleksi dalam dan luar negeri

Denny Kusuma bersama koleksi radio tuanya.Dok DENNY KUSUMA Denny Kusuma bersama koleksi radio tuanya.
Koleksi radio tua yang dimiliki Denny pernah mencapai 400 buah. Namun beberapa waktu lalu ada yang dijual termasuk ke luar negeri.

“Sekarang sisanya ada 222," kata dia.

"Biasalah saya juga ada keperluan untuk makan, anak juga kuliah. Tapi saya tidak akan menjual radio yang bernilai sejarah bangsa Indonesia, karena gak ada yang punya lagi,” ucap Denny.

Kecintaannya pada radio sudah terjadi sejak dia kecil. Denny mengaku dibesarkan dengan suara dari radio.

Baca juga: Muncul Petisi agar Para Kolektor Tidak Khilaf Beli Mainan...

Hal itulah yang terbawa hingga dewasa. Bahkan anak-anaknya pun kini menyukai radio.

Namun demikian, baru sejak tahun 2015, dia memutuskan untuk menjadi kolektor.

Saat ini ia memiliki banyak koleksi menarik. Baik radio produksi dalam negeri maupun luar negeri.

Seperti radio Minerva 517E buatan Austria. Radio tersebut sangat unik karena untuk menyalakannya diperlukan dudukannya yang terbuat dari kayu jati.

Tampilan Minerva 517E pun sangat cantik dan unik.

Denny berharap, bisa menularkan kecintaan masyarakat terhadap radio. Sebab radio bukan hanya sumber informasi, tapi bagian dari sejarah bangsa.

“Pengumuman Indonesia merdeka diperoleh masyarakat lewat radio,” kata dia.

Pemilik Herbal House, Heni Smith mengaku sengaja menyelenggarakan pameran ini karena sejalan dengan konsep tempatnya, di antaranya heritage dan culture.

“Bagaimana cara kita memandang radio. Kalau dulu, radio itu jadi alat untuk berkumpul dengan keluarga, beda seperti sekarang, bisa didengarkan di mana saja,” tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com