KOMPAS.com – “Srek….srek…srek,” suara sapu lidi yang menggesek permukaan jalan terdengar bersahutan dengan deru kendaraan bermotor di Jalan PHH Mustofa, Bandung.
Adalah Sarinengsih, perempuan 45 tahun yang hari itu sedang sibuk menyapu jalan, tanpa memedulikan mobil dan motor yang melintas di sekitarnya.
Pagi itu, Sabtu (19/12/2020) -sama seperti hari-hari lainnya, Sari menjalankan tugas rutinnya tersebut.
Baca juga: Bikin Masker, Brand Bandung Born & Blessed Luput dari Krisis Pandemi
Salah satu jalan utama di Kota Kembang itu dia susuri dengan sapu lidi di tangannya. Hingga, dia tiba di depan Warteg 89, Cikutra.
Berbeda dengan tempat lainnya, sebelum menyapu jalanan di depan warteg, Sari terlihat masuk ke dalam warung itu.
Dia mengobrol sebentar dengan pemilik warteg, kemudian mengambil kotak nasi. Isinya hari itu, nasi, ayam, acar, dan air minum.
“Kalau saya sedang piket pagi, suka dapat sarapan gratis di warteg ini,” ujar perempuan lulusan SMA tersebut.
Sari lalu bercerita, selama ini dia bertugas menjadi penyapu jalan di wilayah Kelurahan Sukapada, Kecamatan Cibeunying Kidul.
Untuk pekerjaannya, ibu lima anak ini digaji Rp 1.250.000. Jumlah tersebut tentunya kurang mengingat penghasilan suaminya sebagai pedagang kaus kaki anjlok selama pandemi Covid-19.
“Biasanya penghasilan kotor suami Rp 300.000 per hari. Sekarang mah buat dapat Rp 100.000 juga susah sekali,” tutur dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.