"Suatu hari di tahun 2018, salah satu dari mereka menelepon dan memberi tahu saya bahwa mereka sedang mengadakan uji coba untuk acara TV Shark Tank di kampus," kata dia.
"Saya harus datang dan mempromosikan bisnis hot dog saya. Saya satu-satunya wirausaha yang masih muda dan saya gugup."
Rupanya, salah satu "big brother" atau kakak laki-lakinya menjabat sebagai presiden di kampus tersebut. Keduanya pun membicarakan bisnis yang dibangun Mason.
"Saya pun boleh tinggal di kampusnya dan menyajikan hot dog di hari Rabu. Mahasiswa, profesor, dan staf membeli hot dog saya, dan mereka menyukainya," terangnya.
Di awal tahun 2020, Mason membuka sebuah restoran dari uang simpanannya sekitar 9.000 dollar AS atau sekira Rp 128 juta.
Mason meminta bantuan kepada kakak perempuannya untuk menjalankan bisnis restoran berdua, karena dia yakin restoran itu akan berkembang dan menghasilkan keuntungan.
Ibunda Mason yang tidak mengetahui niat sang anak terkejut dengan apa yang terjadi.
"Kami mengirimkan foto di mana kami memegang kunci dan kakak perempuan saya menulis, 'ma, saya punya restoran untuk Mason!'" sebut dia.
Akan tetapi, proses membuka restoran tidaklah sebentar. Butuh waktu sekitar lima bulan untuk membangun dan menjalankan restoran.
"Masalah terbesar yang kami hadapi, orang-orang mengatakan saya baru berusia 14 tahun, dan restoran itu harus atas nama kakak perempuan saya," jelas Mason.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.