Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Indra Darmawan, "Sarjana Pemulung" yang Raih Kalpataru

Kompas.com - 15/02/2021, 15:40 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Koperasi dan sekolah alam

Komunitasnya dari tahun ke tahun semakin besar. Hingga pada 2009, Indra mendirikan koperasi bernama Bangkit Bersama yang menaungi seratusan anggota.

Langkah besar kembali diambil Indra. Tahun 2016, ia menginisiasi pendirian sekolah alam bernama Tunas Inspiratif.

Bersama sang istri, Tati Mulyati, ia melibatkan sejumlah tenaga pendidik membuka TK dan baru dua tahun ini membuka SMP.

Murid dari sekolahnya didominasi anak pemulung. Mereka sekolah Senin hingga Jumat secara gratis. Bahlan, untuk anak yatim/piatu, sekolah yang memberikan uang jajan.

Indra mengaku sengaja fokus pada Pendidikan. Sebab ia meyakini, yang bisa mengeluarkan anak-anak tersebut dari kemiskinan adalah pendidikan.

Baca juga: Italia Lockdown karena Virus Corona, Sungai di Venesia Terlihat Jernih

“Kalau dulu ada kisah, Indra dari sarjana jadi pemulung. Nanti akan ada kisah, anak-anak pemulung jadi sarjana. Itu mimpi saya,” ungkap dia.

Lalu kenapa sekolah alam? Indra ingin mengembangkan pendidikan dengan alam bukan dengan gadget.

Misalnya, bagaimana menerjemahkan matematika terhadap alam dan lingkungan. Lewat sekolah ini, ia pun mengubah mindset mencari kerja menjadi pencipta lapangan pekerjaan.

Ke depan, ia masih memiliki sejumlah impian. Di antaranya mengubah sehektar laha menjadi kawasan eco wisata.

Kalpataru

Kerja keras Bening Saguling Foundation -yang didirikan Indra, meraih Kalpataru 2020 untuk kategori penyelamat lingkungan.

Kalpataru adalah penghargaan yang diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasanya dalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia.

Kalpataru berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti pohon kehidupan.

Anugerah itu diberikan Kementerian Lingkungan Hidup atas jasa Bening Saguling Foundation menyelamatkan lingkungan Citarum.

Padahal, sungai tersebut masuk dalam kategori sungai terkotor di dunia versi World Bank tahun 2018.

“Ini Kalpataru pertama untuk Kabupaten Bandung Barat,” tutur Pria kelahiran Bandung 7 Maret 1972 ini.

Indra mengatakan, ada 170 peserta se-Indonesia yang diusulkan ke Kementerian LH. Dari jumlah itu tersaring 20 peserta untuk diwawancara dan dicek ke lapangan.

Dari sana diambil 10 hingga akhirnya diumumkan siapa penerima Kalpataru. Sebuah kelompok yang diinisiasi oleh seorang sarjana yang memilih menjadi pemulung.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com