KOMPAS.com - Akses rumah warga di Ciledug, Tangerang, Banten yang ditutup tembok mungkin hanya satu dari sekian ragam konflik antar-tetangga yang kerap kali muncul dalam keseharian.
Ada banyak konflik serupa yang kerap muncul dalam kehidupan bertetangga, dengan dampak yang beragam.
Ada yang berujung dengan saling gugat di pengadilan, tak lagi bertegur sapa satu sama lain, sampai tindakan membahayakan seperti saling serang secara fisik.
Baca juga: Viral, Akses Rumah di Ciledug Ditutup Paksa dengan Tembok, Ini Cerita Sang Pemilik
Hubungan antara-manusia secara alamiah memang begitu dinamis, sehingga hasilnya bisa begitu berbeda.
Ada tetangga yang begitu akur hingga kerap beraktivitas bersama, mulai dari kerja bakti, arisan, sampai nonton sinetron bersama.
Namun biasanya pada penduduk di wilayah padat, atau daerah perkampungan miskin, konflik lebih rentan terjadi.
Riset Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, menyebutkan kondisi semacam ini biasanya pecah karena ada lebih banyak komunikasi yang terjalin di tengah kepadatan tersebut.
Baca juga: 5 Kata yang Bikin Komunikasi dengan Pasangan Memburuk
Dalam penelitian tahun 2010 itu terungkap, faktor-faktor yang melatarbelakangi konflik di wilayah perkampungan miskin antara lain berkaitan dengan masalah gosip, utang piutang, hingga cinta segitiga.
Uniknya, riset ini juga menyebutkan, konflik kerap terjadi karena adanya pihak yang menutup "keran" komunikasi dalam kurun waktu tertentu.
Interaksi positif yang awalnya tercipta menjadi terhambat oleh adanya konflik.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.