Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilihan Layanan Streaming Makin Banyak, Makin Membingungkan

Kompas.com - 20/03/2021, 10:12 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Justice League Snyder Cut belum lama ini mulai ditayangkan di HBO Max, nyaris bersamaan dengan perilisan serial The Falcon and The Winter Soldier di Disney Plus.

Hal ini terasa menyenangkan sekaligus membingungkan bagi para penggemar film. Pasalnya berlangganan layanan streaming online menjadi satu-satunya cara bisa menontonnya tersebut dengan kualitas terbaik.

Namun, film tersebut tayang di dua platform berbeda dengan biaya berlangganan yang berbeda pula. Akibatnya biaya yang harus dikeluarkan menjadi lebih banyak dari seharusnya.

Masalah ini agaknya sudah menjadi perkara yang kerap dihadapi para anak muda penikmat layanan streaming online. Ada terlalu banyak platform tersedia dengan pilihan yang tak kalah menarik.

Jika ingin nonton serial Vincenzo atau Bridgerton, kita harus berlangganan Netflik. Sedangkan jika ingin maraton Star Wars harus membayar biaya Disney Plus.

Baca juga: Perbedaan Jalan Cerita Bridgerton di Serial Televisi dan Novel

Belum lagi jika ingin nonton serial The Penthouse maka kita juga harus menjadi pengguna layanan Viu.

Bayangkan ada berapa banyak uang yang harus dikeluarkan dalam satu waktu.

Drama Korea VincenzoSoompi Drama Korea Vincenzo

Fenomena global

Kebingungan ini sebenarnya bukan hanya fenomena yang terjadi di Indonesia. Seluruh dunia juga merasakannya.

Mengacu pada riset yang dilakukan oleh UTA IQ disebutkan 70 persen pelanggan streaming mengatakan sekarang ada terlalu banyak opsi.

Penelitian kepada 6.634 konsumen di AS, Kanada, Australia, dan Belanda ini juga menunjukkan jika 87 persen diantaranya juga merasa khawatir biayanya akan menjadi terlalu mahal jika berlangganan sekaligus.

Saat ini memang ada banyak sekali layanan streaming online yang tersedia di dunia.

Beberapa nama besar yang sudah masuk secara legal di Indonesia misalnya saja Netflix, HBO Go, Disney Plus, dan Amazon Prime Video.

Baca juga: Streaming Film dan Meeting Online Picu Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Selain itu, masih ada pula Vidio dan Viu yang kerap dipakai oleh pecinta sinema Korea.

Amerika Serikat sebagai salah satu negara pionirnya malah punya lebih banyak lagi pilihan termasuk Apple TV dan beberapa lainnya yang masih asing bagi publik Indonesia.

Rasanya terlalu boros juga sia-sia jika menjadi pengguna semua platform tersebut sekaligus. Namun kita juga tak ingin ketinggalan hiburan terkini yang hadir secara online itu.

Selain itu, kerapkali keanggotaan yang sudah dibayar itu juga tidak bisa digunakan dengan maksimal karena keterbatasan waktu.

Di sela-sela bekerja dan aktivitas harian lainnya, hanya sekian jam yang bisa disisihkan untuk menikmati serial atau film favorit.

Baca juga: Sadari, 3 Dampak Negatif dari Kebiasaan Binge Watching

Memang keanggotaanya bisa dinonaktifkan sesuka hati tanpa denda namun tetap saja rasanya sulit untuk memilih.

Makin mahal tiap tahun

Persaingan dalam bisnis streaming online memang semakin ketat. Pandemi membuat layanan ini semakin populer sekaligus menambah jumlah pemain dalam sektor ini.

Agar lebih unggul, salah satu strategi utama yang dijalankan yakni dengan membuat kontennya tersedia eksklusif hanya di platform mereka.

Cara ini awalnya berhasil namun sepertinya akan berdampak buruk dalam jangka panjang.

Dilansir dari Vice pada (19/03/2021), riset menunjukkan jika 67 persen konsumen sudah merasa frustasi dengan banyaknya layanan yang ada.

Baca juga: Rekomendasi Film Nominasi Oscar 2021 yang Tayang di Amazon Prime Video

Sebanyak 58 persen konsumen menganggap mengelola banyak login menjengkelkan. Sedangkan 45 persen lainnya mengatakan makin sulit menemukan apa yang ingin dicari dengan banyaknya langganan yang dimiliki.

Di sisi lain, dominasi layanan streaming juga akan membuat saluran televisi konvensional ditinggalkan.

Banyak yang merasa konten yang dihadirkan oleh platform ini lebih menarik dan berkualitas dibandingkan apa yang ditayangkan di televisi.

Time merilis jika jika tren ini berlangsung maka makin lama harga berlangganan juga akan semakin mahal. Lihat saja biaya berlangganan Netflix yang sempat naik 10 persen pada September lalu.

Meski kenaikan tersebut disebabkan adanya pungutan pajak dari pemerintah namun ada banyak faktor yang bisa memicu perubahan harga di kemudian hari.

Misalnya saja biaya produksi konten yang tidak sedikit dan jelas akan dibebankan pada konsumen.

Kenaikan tersebut juga menunjukkan posisi layanan streaming yang semakin diperhitungkan sebagai alternatif tontonan yang lebih menghibur.

 Baca juga: Soal Tayangan Live Pernikahan Artis di Televisi, KPI: Boikot Saja 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com