KOMPAS.com - Strategi reverse psychology atau psikologi terbalik banyak digunakan dalam parenting.
Secara definisi, reverse psychology adalah strategi yang digunakan untuk membuat seseorang melakukan apa yang kita mau dengan cara meminta mereka melakukan hal yang sebaliknya.
Tujuannya adalah membuat orang tersebut melakukan apa yang kita kehendaki.
Biasanya, ketika menerapkan strategi ini, kita menggunakan kata-kata seperti "jangan" atau "tidak boleh", tapi mengharapkan respons sebaliknya dari anak.
Namun, strategi ini ternyata tak boleh terlalu sering diterapkan. Apa alasannya, ya?
Psikolog Anak dan Keluarga dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani menjelaskan, efektivitas psikologi terbalik ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk ketepatan waktu (timing), karakteristik orang yang menjadi sasaran, hingga kebutuhannya.
"Ini kan kaitannya strategi. Artinya, perlu tahu kepada siapa dan kapan menggunakannya dengan tepat," ungkap Nadya kepada Kompas.com, Senin (26/7/2021).
Mengenai karakteristik, ada sifat-sifat tertentu yang membuat strategi psikologi terbalik menjadi lebih efektif ketika diterapkan pada individu tersebut.
Ketika diterapkan pada orang-orang dengan emosi yang lebih intens dan memiliki energi tinggi lebih, misalnya, cenderung akan lebih efektif daripada jika diterapkan pada orang-orang dengan sifat sebaliknya.
Nadya mengingatkan, jika tidak diterapkan pada orang yang tepat, strategi ini malah bisa menjadi bumerang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.