Alasannya, mungkin juga karena stereotip yang dimiliki orangtua ketika melihat gender dan olahraga.
Ketika seorang anak memulai olahraga, usia rata-ratanya adalah enam tahun dan pada usia itu, pelatih biasanya adalah orangtua.
Ini berarti, jika ibu dan ayah memiliki anak perempuan, mereka mungkin tidak berpikir untuk menempatkan anaknya dalam kegiatan olahraga.
Mereka mungkin membawa putri mereka ke kegiatan yang berbeda atau tidak sama sekali mengikutsertakannya ke dalam kegiatan olahraga.
Baca juga: Hindari Mengucapkan 3 Kalimat Ini kepada Anak Laki-laki
Hal semacam ini menjadi alasan banyak anak perempuan akhirnya berhenti dari olahraga karena pelatih mereka biasanya adalah seorang laki-laki.
Para peneliti ingin menyoroti kesenjangan gender ini dalam olahraga, khususnya di kalangan anak muda.
Mereka pun mengimbau adanya kesadaran lebih tentang perlunya kesempatan yang sama bagi setiap gender dalam kegiatan olahraga.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.