Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Dilakukan SBY, Ketahui Manfaat Melukis di Masa Pandemi

Kompas.com - 08/08/2021, 09:58 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Pada sebuah foto, Susilo Bambang Yudhoyono atau akrab disapa SBY tampak berdiri bersebelahan dengan sebuah kanvas yang sudah dilukis penuh.

Lukisan itu menampilkan debur ombak di lautan. Warna air laut yang biru kehijauan tampak berpadu dengan warna langit yang cerah. Begitu menyegarkan mata meski hanya dalam bentuk lukisan.

Foto SBY bersama lukisannya itu kemudian diunggah oleh sejumlah politisi Partai Demokrat melalui media sosial, termasuk Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi A Mallarangeng.

Menurut keterangan foto yang dicantumkannya, judul lukisan yang dibuat menggunakan cat akrilik itu adalah "Debur Ombak di Pantai Pacitan".

Rupanya, melukis jadi salah satu kegiatan Presiden Ke-6 RI selama pandemi Covid-19.

"Sebagai pelukis baru memang perlu banyak eksperimen dengan alat dan teknik. Tapi beliau menikmati betul kegiatan melukis di studio kediamannya di Cikeas selama pandemi dan PPKM ini," tulis Andi.

Melukis tampaknya membuat SBY kembali bersemangat sepeninggalan istrinya, Ani Yudhoyono.

"Sudah lama saya tidak melihat wajah Pak SBY yang cerah seperti ini, sejak Ibu Ani meninggal. Sepertinya, aktivitas seni seperti melukis bisa membuat hati lebih tenang, menghaluskan rasa, dan memunculkan pikiran-pikiran cemerlang," tambah Andi.

Baca juga: Cerita tentang SBY yang Tekuni Hobi Melukis Selama PPKM...

Manfaat seni di masa pandemi

SBY bukan figur pertama yang menunjukkan kegemarannya melukis di masa pandemi. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil adalah salah satu figur lain yang menggunakan aktivitas melukis sebagai salah satu cara menenangkan diri di masa pandemi.

Politisi yang akrab disapa Emil itu bahkan membagikan beberapa karyanya melalui media sosial.

"Ada yang belajar memasak, berkebun, melihara ikan selama covid ini. Saya memilih melukis, sebagai salah satu cara saya untuk mencari ketenangan dalam kebisingan keseharian, selain ibadah. Dimulai sejak covid melanda."

"Alhamdulillah sudah puluhan lukisan dihasilkan di sela-sela kesibukan dan latihan penggunaan otak kiri dan kanan juga lebih imbang. Gak bagus-bagus amat namun mampu membuang stres," tulis Emil melalui Instagram miliknya, Juli lalu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ridwan Kamil (@ridwankamil)

Faktanya, seni -termasuk melukis, memang menjadi bagian integral dari proses pemulihan.

Penelitian oleh kantor regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa menunjukkan bahwa penggunaan media artistik dalam perawatan kesehatan memiliki manfaat jangka panjang.

Saah satu manfaat seni adalah mengurangi stres, yang pada akhirnya membantu mencegah atau memperlambat perkembangan berbagai kondisi termasuk penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker.

Memiliki pengalaman seni dapat punya efek mendalam bagi mereka yang mengalami masalah kesehatan mental.

Seni memberi efek stimulasi kognitif yang efektif dalam pengobatan demensia dan kondisi lain yang terkait dengan penuaan, serta membantu seseorang memproses emosinya secara efektif dalam mengobati depresi dan kecemasan.

Mengapa bisa demikian?

  • Seni membantu menuangkan isi pikiran

Pemimpin bidang seni dan kesehatan WHO sekaligus co-organiser inisiatif the Healing Arts, Christopher Bailey mengatakan seni dapat menjadi media pemulihan lewat aktivitas menceritakan kisah, membangkitkan emosi, menginspirasi empati, serta menavigasi situasi dan emosi yang kompleks.

"Ini penting untuk pandangan holistik dunia. Jika kita hanya fokus pada metode ilmiah, kita akan kehilangan konteks emosional, ini adalah cara kita secara neurologis berevolusi untuk mengontekstualisasikan dunia," katanya, seperti dilansir The Art Newspaper.

Menurut Manager Terapi Seni, Tammy Shella, PhD, ATR-BC, terkadang sulit buat kita menuangkan isi pikiran karena sisi verbal dan visual di otak punya jalur berbeda.

Misalnya, gangguan stres pascatrauma (PTSD) tersimpan di area non-verbal otak kita. Itulah mengapa orang-orang yang mengalaminya kerap terpicu dengan hal-hal seperti pandangan, bau, warna, atau suara yang mengingatkan mereka pada trauma yang terjadi.

"Pada kasus mereka, membicarakan tentang kejadian itu tidak selalu memunculkan kembali trauma. Oleh karena itu, hanya membicarakannya akan membantu mereka pulih," kata Shella, seperti dilansir Cleveland Clinic.

Menurutnya, terapi seni membantu mereka memproses apa saja yang tidak bisa dipulihkan lewat sesi terapi tradisional.

Lalu, kaitannya dengan pandemi?

Aktivitas seni bisa memberikan kita jeda mental dari kejadian saat ini dan membuat kita lebih mindful. Itulah yang kita butuhkan.

Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Ini Beda Meditasi dan Mindfulness

  • Belajar fokus sepenuhnya

Menurut salah satu pendiri psikologi positif, Psikolog Mihaly Csikszentmihalyi, ketika membuat karya seni, termasuk melukis, kita akan memasuki kondisi yang disebut "keadaan aliran".

Keadaan aliran digambarkan sebagai periode perhatian yang optimal.

Selama periode itu, kita bisa sepenuhnya fokus pada tugas yang ada. Tidak khawatir tentang waktu, sensasi tubuh atau kebutuhan lainnya.

Mengerjakan karya seni dapat memberikan perasaan menyenangkan. Membuat kita merasakan suatu pencapaian saat menyelesaikannya.

  • Tak perlu sempurna

Dalam seni, tidak ada yang salah. Kita bisa menikmati apa saja yang kita sukai.

Kita juga bisa mulai melakukannya dari perlengkapan yang kita miliki di rumah.

Menurut Shella, kita tak perlu terlalu banyak berpikir ketika hendak menciptakan karya seni. Ketika karya tersebut diberikan pada orang tercinta, bagaimana pun hasilnya tetaplah berkesan bagi mereka karena menandakan mereka ada di pikiran kita.

"Ketika kita bisa membuka diri dan melihat ke luar diri kita, kita akan menyadari bahwa segala sesuatunya bukan hanya tentang diri kita."

"Kita akan mulai paham bahwa apa yang kita alami adalah pengalaman bersama, dan mengetahui bahwa orang lain memahami apa yang kita rasakan akan membantu kita merasa lebih baik," ucapnya.

Baca juga: Bakat dan Hobi Anggota Kerajaan Inggris, dari Fotografi hingga Melukis

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com