KOMPAS.com - Pada tahun 1984, CEO Prada, Miuccia Prada membuat gebrakan yang radikal di industri mode.
Ketika itu, ia baru saja mengambil alih kendali bisnis keluarga dan menjadi CEO Prada.
Sebelum Miuccia menjabat sebagai CEO, rumah mode Italia tersebut diidentikkan sebagai merek favorit orang "berduit".
Namun, saat mewabahnya musik disko sekitar tahun 70-an dan 80-an, Prada kalah bersaing dari merek Italia lainnya, Versace dan Gucci.
Baik Versace maupun Gucci menciptakan berbagai produk yang mencolok dan glamor, jika boleh dikatakan demikian.
Menyadari fenomena tersebut, Miuccia menginginkan sesuatu yang berbeda.
"Saat itu saya benar-benar tidak menyukai apa pun yang saya lihat," ujar sang desainer dalam sebuah wawancara.
"Segala sesuatunya tampak kuno, borjuis, dan membosankan. Saya ingin mencari hal lain yang bertolak belakang dari apa yang ada di luar sana."
Dari situ, dia mulai jatuh hati dengan kain nilon Pocono. Kain ini umumnya dipakai dalam pembuatan produk militer seperti parasut dan tenda.
Bahan kain nilon Pocono diproduksi secara massal di pabrik, tidak dibuat dengan tangan (handmade).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.