KOMPAS.com - Masa remaja merupakan masa-masa sulit bagi anak. Berbagai masalah yang menantang datang, dan seringkali membuat remaja tertekan.
Hal ini dapat memicu tindakan kekerasan terhadap diri sendiri, termasuk upaya bunuh diri.
Berdasarkan statistik yang diungkap National Institute of Mental Health, bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua di kalangan anak muda berusia 10-24 tahun, setelah kecelakaan kendaraan bermotor.
Bagaimana di Indonesia? Melansir pemberitaan Kompas.com pada 4 November 2019, Kepala Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Unpad, Veranita Pandia menyebut anak muda berusia 15-29 tahun rentan melakukan bunuh diri.
Sebuah penelitian yang dilakukan mengungkap, sebanyak 18,3 persen siswa SMA di Jakarta memiliki ide untuk bunuh diri.
Karenanya, dokter anak dan spesialis kedokteran remaja Ellen Rome, MD, MPH menjelaskan pentingnya melihat tanda-tanda peringatan bunuh diri pada remaja.
"Beri tahu anak bahwa kita tidak boleh membiarkan seorang teman menyimpan rahasia terkait pemikiran bunuh diri," ucap Rome.
"Bila ada teman yang berniat bunuh diri, mereka dapat, dan wajib memberi tahu orang dewasa."
Baca juga: 5 Respons yang Bisa Diberi Saat Kenalan Curhat Ingin Bunuh Diri
Menurut Rome, orangtua dan pihak sekolah perlu menekankan bahwa tidak ada satu pun anak yang bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan siswa atau teman mereka.
Upaya yang dapat dilakukan orangtua dan pihak sekolah adalah membina lingkungan yang ramah dan penuh rasa empati.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.