KOMPAS.com - Menstrual cup menjadi alternatif pembalut wanita yang lebih ramah lingkungan dan murah.
Alat kesehatan ini juga dianggap lebih praktis sehingga aktivitas wanita lebih bebas dan tetap nyaman selama periode menstruasi.
Belakangan, produk yang tersedia di pasaran juga semakin beragam dengan harga yang juga bervariasi.
Dengan berbagai klaim keunggulannya, banyak wanita muda yang mulai beralih menggunakan menstrual cup, dibandingkan tampon atau pembalut biasa.
Baca juga: Baru Pertama Coba Menstrual Cup? Perhatikan 6 Hal Ini Sebelum Pakai
Namun masih ada segelintir yang ragu beralih salah satunya karena kekhawatiran selaput daranya akan robek dan membuatnya tidak perawan lagi.
Gagasan memasukkan benda asing, termasuk menstrual cup, ke vagina memang terasa menakutkan bagi banyak wanita, khususnya yang belum pernah melakukan hubungan seksual.
Apalagi banyak masyarakat Indonesia masih mementingkan status keperawanan wanita, khususnya yang belum menikah.
Hal ini yang menjadi hambatan banyak wanita ragu-ragu ingin mencoba menstrual cup sebagai alat sanitasinya.
Menstrual cup dipakai dengan cara dimasukkan ke dalam vagina untuk menampung darah menstruasi.
Corongnya dirancang sebagai wadah cairan tersebut tanpa merembes keluar, seperti pembalut.
Cara penggunaanya inilah yang membuat banyak wanita khawatir cawan menstruasi ini akan merusak selaput dara sehingga tidak perawan lagi.
Anna Targonskaya, pakar ob-gyn di Belarus mengatakan menstrual cup cocok dipakai semua wanita, baik yang sudah menikah maupun masih lajang.
"Anda dapat menggunakan cangkir menstruasi jika masih perawan. Anda tidak perlu khawatir; memasukkannya tidak akan merusak selaput dara Anda," jelasnya, dikutip dari laman Flo.
Baca juga: Salah Gunakan Menstrual Cup Bisa Sebabkan Masalah Tulang Panggul
Prinsip penggunannya hampir serupa dengan tampon, yang lebih dulu populer.