"Itu adalah pertanda buruk. Misalnya, pasangan sering mengungkit insiden masa lalu, mengkritik kita (bukan perilaku), menghalangi, dan mengancam akan putus," tambah Sterling.
"Jika merasa serba salah, antara ingin berbagi sesuatu dan khawatir hal itu akan memprovokasi pasangan, maka hubungan itu mungkin bisa disebut toksik," terang Sterling.
Sebuah hubungan yang membatasi kita dengan cara ini dapat menyebabkan kita menyalahkan diri sendiri.
Hal ini merupakan taktik kontrol yang dapat membuat kita merasa seolah-olah kita adalah masalah dalam hubungan itu.
Baca juga: Kenali, Rasa yang Terus Muncul dalam Hubungan Toksik
Sebaliknya, dalam hubungan yang mendukung, kita akan memiliki kebebasan untuk berbicara dari hati ke hati guna mengetahui apakah kita telah menyinggung atau menyakiti pasangan secara tidak sengaja.
Dalam sebuah hubungan dua arah, seharusnya kedua-duanya bisa mendapatkan timbal balik yang sama. Apalagi jika bicara soal dukungan.
"Tidak ada kebutuhan satu orang yang harus selalu diprioritaskan di atas kebutuhan orang lain," kata Battistin.
Dan jika kita merasa seolah-olah kebutuhan kita sering dikorbankan atas nama pasangan, maka itu adalah tanda kita berada di dalam sebuah hubungan yang tidak sehat.
Bahkan jika kita memandang pasangan kita sebagai sahabat atau orang yang paling dekat dengan kita di dunia, dia tetap tidak boleh menjadi segalanya di hidup kita.
"Jika kita menemukan dunia kita menyusut dan hubungan sosial, itu berarti tanda hubungan percintaan kita tidak sehat," jelas Sterling.
Battistin pun menambahkan bahwa konsep ketergantungan pada pasangan itu bisa meluas ke minat, aktivitas, dan hobi kita.
"Jadi, apabila kita tidak lagi melakukan hal-hal yang dulu kita sukai, kita mungkin akan terbungkus dalam hubungan toksik yang menjauhkan kita dari hubungan lainnya," ujar dia.
Meskipun manipulasi dapat memasuki suatu hubungan dalam berbagai bentuk, namun upaya ini dapat memengaruhi tindakan orang lain agar orang yang melakukan manipulasi selalu mendapatkan manfaat.
Pada hal yang lebih ekstrem, jenis perilaku yang datang dari pasangan ini dapat dengan cepat meninggalkan kita tanpa rasa privasi atau kendali atas keputusan sehari-hari, yang menciptakan hubungan toksik.