Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiani D. Putri
KOMPAS.com - Menjaga pola hidup sehat di masa pandemi merupakan sebuah keharusan. Salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga pola makan sebagai investasi untuk mendapatkan tubuh yang sehat.
Saat ini, banyak sekali konten berisi anjuran cara menjaga pola makan sehat. Namun sering kali masyarakat salah kaprah sehingga mereka membatasi makanannya secara berlebihan.
Salah satu kisah yang membahas bahaya makan berlebihan dimuat dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Kelinci yang Rakus” di Spotify. Cerita ini mengisahkan seekor kelinci yang tidak pernah kenyang walau sudah memakan apa pun.
Agar tak keliru, pengajaran mengenai pola makan sehat pada anak dengan tidak memilih-milih makanan sebaiknya dilakukan. Hal ini bertujuan agar ia memahami manfaat dari tiap jenis makanan.
Terkadang, ambisi orangtua untuk membuat anaknya sehat dengan berat badan ideal sering kali mengesampingkan kebutuhan mereka untuk mengeksplor beragam jenis makanan.
Ajaran ini biasanya dilakukan dengan pemberian stigma negatif pada makanan tertentu, dengan tujuan agar anak tidak mau mencobanya.
Meningkatnya obesitas pada masa kanak-kanak, wajar orangtua menginginkan sang buah hati menerapkan gaya hidup sehat. Akan tetapi, mengomentari makanan dengan food shaming dapat berdampak besar pada pola pikir mereka.
Selain menilai suatu makanan dengan buruk. Obsesi orangtua terhadap berat badan ideal juga terkadang menyakiti anak. Desakan untuk tidak mengonsumsi makanan tertentu turut menanamkan pada anak bahwa penampilan adalah segalanya.
Baca juga: Melatih Anak Mengelola Emosi agar Tidak Mudah Tantrum
Hitt, seorang penulis lepas di Brooklyn menuliskan pengalamannya dalam pengasuhan anak, “Saya menekankan bahwa buah-buahan, sayuran, serta protein baik untuk tubuh mereka. Tetapi saya tidak suka memberitahu mereka seperti, 'Kamu harus makan itu' atau, 'Ini buruk untukmu.'"
Lebih baik, beri pemahaman pada anak bahwa pola makan yang seimbang itu diperlukan. Misalnya dalam sekali makan kita perlu karbohidrat, protein, hingga vitamin dari sayuran. Namun, jangan juga membatasi anak untuk mencoba makanan lainnya.
Beri tahu juga fungsi kandungan-kandungan itu di dalam tubuh. Jika orangtua memang menginginkan anak untuk diet, sebaiknya segera cari ahli gizi yang paham kondisi tubuh dan asupan anak.
Dianne Neumark-Sztainer, seorang penulis dan peneliti di Universitas Minnesota, School of Public Health mengatakan bahwa anak-anak makan lebih sehat jika orangtua mencontohkannya. Citra terhadap makanan ini bisa menjadi panutan bagi anak hingga ia dewasa.
Jika anak terbiasa menerima komentar seperti “makan makanan itu tidak baik bagi tubuh” anak akan mengingat makanan itu sebagai suatu hal yang berbahaya.
Selain itu, orangtua juga dapat makan bersama anak sesering mungkin. Berikan penjelasan perihal nutrisi makanan yang sedang ia konsumsi. Anak akan lebih mengingat jika pengajaran yang dilakukan orangtua dibarengi dengan praktik.