Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Sepeda Sedunia, Mencicipi Kemewahan Gowes di Kopenhagen

Kompas.com - 03/06/2022, 06:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Penulis

Kota "sangat" ramah sepeda

Ungkapan itu tentu tidak berlebihan. Buktinya, Kopenhagen sudah sejak tahun 2015 didaulat sebagai kota ramah pesepeda peringkat pertama di dunia.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah setempat yang mengutamakan sepeda sebagai moda transportasi, maka dukungan infrastruktur berupa jalur sepeda, jembatan khusus sepeda, hingga super cycle highways, pun tersedia di sana.

Kopenhagen memiliki lintasan sepeda tak kurang dari 384 kilometer, padahal luas kotanya "hanya" 179 kilometer persegi.

Jika dibandingkan, luas Kopenhagen cuma setara dengan wilayah Jakarta Timur, atau bahkan lebih kecil dari Kota Depok yang luasnya 199 kilometer persegi.

Tetapi, jalur sepeda di dalam kota ini -jika dibentangkan- lebih jauh dari jarak antara Jakarta ke Purwokerto.

Tak cuma tersambung nyaris tanpa putus ke seluruh penjuru kota, lintasan sepeda pun menggunakan aspal mulus.

Tak ada gangguan penutup lubang-lubang saluran air yang mengganggu dan merusak sepeda di jalur itu. Membuat aktivitas bersepeda kian terasa aman dan nyaman.

Baca juga: Kopenhagen Jadi Kota Terbaik 2021 Versi Majalah Monocle

Warga juga tak perlu pusing untuk memarkir sepeda. Besi-besi berbentuk pagar setinggi kira-kira 40-50 centimeter, dengan celah untuk memasukkan roda sepeda, selalu tersedia di sepanjang jalan.

Tak mengejutkan jika data statistik menyebut 9 dari 10 warga Denmark memiliki sebuah sepeda, dan 49 persen anak di rentang usia 11-15 tahun ke sekolah dengan menggunakan sepeda.

Lalu, 62 persen perjalanan kerja dan sekolah di Ibu Kota Denmark ini dilakukan dengan sepeda.

"Semua orang di sini bersepeda, lagi pula memang lebih mudah bersepeda untuk pergi ke mana-mana."

Begitu kata David, pemuda Palestina penjaga kios di pusat perbelanjaan Strøget, di pusat Kota Kopenhagen.

Selain itu, kata David, budaya bersepeda tanpa sadar memaksa orang untuk bergerak berolahraga.

"Ini bagus untuk kesehatan, kardio. Apalagi, kamu harus benar-benar kaya untuk bisa naik mobil seperti itu," sambil menunjuk sebuah mobil sport yang melintas di depan kiosnya.

"Sepeda ramah lingkungan, tidak polusi, ada banyak pesan baik di balik budaya bersepeda di sini," sambung dia.

Pandangan serupa diungkapkan Bernadeta. Dia mengatakan, secara tradisional sepeda sudah menjadi alat transportasi warga.

"Jadi bukan sebatas gaya hidup seperti yang terjadi di Indonesia, atau Jakarta," kata dia.

Seperti pemandangan di gerbang sekolah di pagi hari itu, kental terasa budaya bersepeda sudah dikenalkan kepada anak-anak sejak usia dini.

"Semua kalangan memakai sepeda, bahkan pejabat negara pun di sini bersepeda ke kantor," kata Bernadeta lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com