Lantaran materialnya terbuat dari bambu, sepeda jenis ini perlu dirawat dengan baik agar komposisi tube-nya tidak mudah pecah.
Apalagi jika terjadi kecelakaan, material satu ini kemungkinan bisa lebih cepat retak ketimbang material baja atau serat karbon.
Mengingat material bambu yang kini banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku segala macam kebutuhan manusia.
Proses panen bambu yang begitu masif, ditambah permintaan sepeda bambu yang meningkat, bisa menjadi satu hal yang mengkhawatirkan karena berdampak pada lingkungan.
Untuk itu, diperlukan peran pemangku kebijakan atau pemerintah dalam mengontrol lahan bambu agar tidak merusak lingkungan.
Meski dikatakan lebih nyaman dikendarai, tabung rangka bambu biasanya berdiameter lebih tebal dibandingkan rangka baja atau karbon. Bobotnya juga lebih berat daripada serat karbon atau baja.
Tabungnya memang kuat, tapi dari segi aerodinamika, bobotnya dapat menghambat laju angin sehingga agak sulit jika dikayuh dengan kecepatan tinggi.
Kekurangan yang terakhir adalah soal harganya yang lebih mahal daripada sepeda konvensional.
Tampaknya hal itu sebanding dengan proses produksi yang kebanyakan mengandalkan keterampilan para desainer sepeda bambu.
Untuk sepeda bambu berkualitas baik, harganya bisa mencapai 2.000 dollar AS atau setara Rp 28 jutaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.