Bernstein dalam bukunya berjudul Why Can't You Read My Mind? menuliskan, empati adalah perekat emosional bagi pasangan.
Hubungan bisa kembali direkatkan asalkan kita mampu menempatkan diri pada posisi pasangan.
Dengan begitu kemungkinan besar si doi dapat melihat sudut pandang kita ketimbang saling berdebat.
Bernstein menganggap empati sebagai jembatan yang menghubungkan pasangan satu sama lain.
Dalam hal ini, setiap pasangan dapat tumbuh dengan pengalaman dan harapannya.
Bernstein juga menambahkan, empati bisa dimanfaatkan sebagai cara untuk menjembatani kesenjangan perbedaan.
Jika jembatan yang dibangun kuat maka pasangan dapat menaham tekanan yang tak terhindarkan, mulai dari anak- waktu, pekerjaan, dan keuangan.
"Hubungan intim yang benar-benar saling menguntungkan, berarti ada pemahaman bersama," tutur dia.
"Pasangan diberi energi dengan benar-benar berempati satu sama lain," sambung Bernstein.
Bernstein mengungkapkan, salah satu pasangan bisa saja keras hati ketika disarankan untuk menunjukkan empati.
Misalnya, mereka meminta pasangannya untuk menunjukkan empati lebih dahulu atau malah tidak mau berempati.
Menurut Bernstein, sikap tersebut sebenarnya tidak akan memulihkan hubungan yang rusak.
"Jika ingin memberikan hubungan intim kesempatan lain, empati adalah cara cepat untuk untuk menumbuhkan kembali cinta," pungkas Bernstein.
Baca juga: 6 Kebiasaan untuk Mengasah Rasa Empati, Mau Coba?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.