Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Alasan Kenapa Orangtua Tak Seharusnya Membandingkan Anak

Kompas.com - 10/09/2022, 13:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Nika Halida Hashina dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Sebagai manusia, anak juga memiliki caranya tersendiri untuk tumbuh dan berkembang. Setiap anak berbeda satu sama lain dan tidak bisa disamaratakan. Terkadang orang-orang terdekat anaklah yang justru melupakan hal ini, termasuk orangtua.

Keinginan untuk melihat anak menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak tertinggal terkadang malah membuat orangtua menuntut anak melakukan banyak hal. Terlebih, orangtua juga kerap kali membandingkan anak dengan saudaranya atau teman-temannya.

Orangtua mungkin berpikir bahwa perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran agar anak bisa mencontoh hal baik yang didapatkan orang lain. Tapi orangtua tidak sadar bahwa perbandingan itu bisa melukai harga diri anak.

Bukan hanya itu, anak juga dapat berbalik tidak lagi menyukai orangtuanya dan ingin kebebasan. Hal ini pula yang dialami oleh tokoh Rara dalam siniar Obrolan Meja Makan  episode “Ibuku Membenci Diriku Part 2” ketika ia selalu dibanding-bandingkan oleh orangtuanya dengan kesuksesan kakaknya.

Berikut adalah beberapa dampak negatif yang dapat dirasakan anak jika dirinya terus dibanding-bandingkan.

Pahami ketidaknyamanan dan Kegelisahan Anak

Anak-anak belum sepenuhnya mampu memilah perkataan yang harus ia dengarkan dan yang tidak. Oleh karenanya, ketika dibandingkan dengan yang lain, hal pertama yang ia rasakan adalah perasaan rendah diri.

Baca juga: Hipnoterapi pada Gangguan Kecemasan, Ampuhkah?

Coopersmith mendefinisikan harga diri sebagai suatu penilaian yang dilakukan individu terhadap diri sendiri. Hal ini mencakup sikap penerimaan dan penolakan yang menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berharga, dan dapat berhasil.

Orangtua yang terus membandingkan anak akan membuat anak tersebut kehilangan momentum untuk menetapkan harga dirinya sendiri. Sehingga anak cenderung merendahkan dirinya dan terus berpikir bahwa ia tidak mampu.

Selain itu, Profesor Universitas Brigham, Young (BYU), juga menemukan bahwa anak yang dipandang kurang pintar oleh orangtuanya akan cenderung berprestasi lebih buruk secara akademis.

Hasil tersebut berdasarkan studi yang berfokus pada saudara kandung dan prestasi akademik yang berbeda, dengan indikasi orangtua yang menjadikan salah satu anaknya sebagai contoh. Dalam hal ini, studi menemukan bahwa lebih banyak orangtua yang merasa bahwa anak sulung mereka lebih pintar dibanding adiknya.

Dampak negatif lainnya adalah pengaruh pada beban psikologis anak. Anak akan selalu merasa tidak puas dengan pencapaiannya karena terbiasa dituntut untuk selalu lebih oleh orangtua sendiri.

Rasa kompetitif ini akan memunculkan dampak positif dan negatif. Namun, anak akan terus diselimuti perasaan negatif jika dirinya gagal karena pikiran-pikiran tidak akan dicintai orang lain.

Hal yang Dapat Diingat Orangtua

1. Beri Anak Kesempatan untuk Berpikir Sendiri

Orangtua harus meluangkan waktu untuk mendengarkan anak-anak mereka dan berusaha memahami proses berpikir anak.

Sebagai individu, akan ada masanya anak bisa mengungkapkan rasa suka dan tidak suka. Dalam hal ini, biarkan mereka berpikir sendiri tanpa dibimbing dan tidak dipengaruhi oleh pikiran dan pendapat siapa pun.

Baca juga: Kiat Agar Orangtua dan Anak Saling Mengerti

Anak-anak harus dibiarkan berpikir kritis dan mengambil keputusan sendiri. Tentunya tetap dengan pengawasan dan pengertian dari orangtua. Dengan demikian mereka juga akan mengembangkan rasa saling percaya, hormat, dan kasih sayang.

2. Anak-anak Bukan Aset Orangtua

Anak-anak tidak boleh diperlakukan sebagai objek untuk pamer di lingkungan sosial. Dengan menetapkan tujuan yang tidak realistis, orangtua cenderung mengeksploitasi anak-anak.

Dampaknya anak akan memendam kekecewaan mereka yang berpotensi menghancurkan kehidupan anak-anak mereka sendiri. Oleh karenanya, anak juga harus diperlakukan dengan hormat sebagai individu yang mandiri.

3. Pendidikan Bukanlah Sesuatu yang Istimewa Melainkan Hak Anak

Beberapa orangtua berpikir bahwa mereka telah berkorban untuk anak dengan menempatkan mereka di sekolah yang bagus dan mahal. Padahal, memperoleh pendidikan adalah hak setiap anak, dan merupakan tanggung jawab orangtua untuk memberikan pendidikan.

Orangtua harus memahami bahwa tujuan utama dari pendidikan terbaik adalah untuk menciptakan individu yang bertanggung jawab dan mandiri. Bukan untuk membantu orangtua menghasilkan uang.

Baca juga: Tokoh Muda, Berprestasi, dan Menginspirasi dari Bumi Cenderawasih

Pada dasarnya anak juga akan menghargai dan mencintai orangtua jika ia juga merasa dihargai dan dicintai. Perlu diingat pula bahwa tiap anak memiliki keunikannya masing-masing yang tidak dapat disamaratakan dengan yang lain.

Oleh karenanya, jangan membandingkan anak dengan yang lain. Jika tujuannya ingin “memberi contoh baik” orangtua dapat melakukan dengan hati-hati dan tetap menjaga perasaan anak.

Dengarkan audio drama yang membahas permasalahan ini untuk melihat dari sisi anak dalam siniar Obrolan Meja Makan episode “Ibuku Membenci Diriku Part 2” hanya di Spotify.

Ikuti juga episode lainnya untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai parenting, pola hidup, dan kehidupan rumah tangga hanya di siniar Obrolan Meja Makan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com