KOMPAS.com - Diet vegan kini menjadi pola hidup yang mulai marak diterapkan masyarakat karena sejumlah alasan.
Seperti ingin menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, lebih peduli dengan lingkungan sampai mengentaskan tingkat kekejaman pada hewan.
Tapi sayangnya, ada beberapa mitos yang masih berkembang di masyarakat soal pilihan gaya hidup vegan.
Tidak sedikit orang-orang yang mempertanyakan bagaimana mereka yang menjalani diet vegan dapat memenuhi kecukupan gizi dan nutrisi, ketika mereka tidak mengonsumsi produk makanan hewani.
Baca juga: Ubud International Vegan Festival 2022, Dorong Gaya Hidup Sehat
Vegan dapat dikatakan sebagai bagian dari vegetarian yang paling ketat soal pola makan dan juga gaya hidup.
Mereka yang menjalaninya sama sekali tidak mengonsumsi sumber pangan hewani serta produk turunannya.
Apa pun yang dikonsumsi semua berasal dari sumber pangan nabati, seperti buah-buahan, sayuran, hingga biji-bijian.
Terkait dengan mitos vegan yang sering dianggap berisiko mengalami kekurangan nutrisi, ternyata tidak sepenuhnya benar.
Banyak dari asupan gizi dari sumber nabati yang dapat mencukupi kebutuhan tubuh akan nutrisi bagi para veganisme.
Mitos-mitos itu sekiranya dapat dipatahkan dengan pernyataan dari Dr. Drs. Susianto, M.KM (Presiden Organisasi Vegan Dunia & Masyarakat Vegan Indonesia) dalam talk show-nya di Ubud International Vegan Festival 2022, Jumat (23/9/2022).
Satu mitos yang banyak dipertanyakan adalah bagaimana cara seorang vegan dapat memenuhi asupan protein yang dibutuhkan tubuh?
Padahal mereka tidak mengonsumsi daging, ikan, ayam, susu atau telur yang dianggap sebagai makanan tinggi protein.
Menurut dokter Susianto, anggapan bahwa produk hewani merupakan sumber protein tinggi ternyata tidak dapat dibenarkan.
Justru, protein tertinggi itu ada pada kedelai. Fakta ini sudah dibuktikan melalui banyak penelitian termasuk dari FKUI.
Misalnya pada produk susu sapi. Jika dibandingkan antara susu sapi dan susu kedelai, kandungan protein pada 100 gram susu kedelai adalah 4,2 persen.
Sedangkan dalam jumlah yang sama, protein yang terkandung pada susu sapi hanya 2,9 persen.
Ada mitos lain terkait asupan zat besi yang dinilai bisa menghantui para vegan akibat tidak mengonsumsi sumber pangan hewani.
Padahal faktanya, menurut penelitian tidak ada perbedaan prevalensi anemia antara vegan dan non-vegan.
Para vegan tetap bisa mendapatkan asupan zat besi yang cukup dengan mengonsumsi tempe.
Dalam takaran 100 gram misalnya, asupan zat besi tempe jumlahnya 10 mg, sedangkan dalam takaran yang sama bila dibandingkan daging sapi hanya 2,8 mg, daging ayam 1,5 mg, sedangkan pada daging kambing hanya 1 mg.
Pada kasus anemia, asupan sumber pangan nabati justru pada vegan dapat dengan mudah tercukupi hanya dengan mengonsumsi tempe.
Sejauh ini masih banyak kesalahan informasi yang mengatakan bahwa susu sapi adalah sumber kalsium terbaik.
Padahal nyatanya, ada sumber pangan nabati yang mengandung kalsium lebih tinggi dari susu sapi.
Misalnya saja sesame seed alias wijen yang pada takaran yang sama dengan susu sapi mengandung 10 kali lipat kalsium yang lebih tinggi.
Kemudian agar-agar dalam 100 gram susu sapi juga mengandung 400 mg kalsium. Fakta tersebut empat kali lipat dari susu sapi.
Di samping itu, ketika mengonsumsi susu sapi juga tidak semuanya dapat diserap oleh tubuh.
Dengan kata lain, dari 100 persen kandungan kalsium susu sapi, yang diserap tubuh hanya sekitar 32 persen.
Lain hal jika kalsium dari sumber nabati yang dikonsumsi. Sebut saja brokoli yang serapan di dalam tubuh sebanyak 62 persen.
Kemudian sumber kalsium nabati lainnya seperti sawi, pok choi, lobak putih. Di dalam tubuh, penyerapan kalsium juga lebih tinggi yaitu sekitar 49 - 54 persen.
Vitamin satu ini sering disebut sebagai vitamin yang dapat menutrisi otak.
Orang yang menjalani diet vegan sering dikatakan bahwa mereka tidak memiliki kecukupan asupan vitamin B12 karena katanya, vitamin tersebut hanya terdapat pada daging sapi dan susu.
Faktanya, menurut penelitian yang dilakukan Dr. Drs. Susianto, M.KM dalam disertasinya di FKM - UI, dalam 100 gram tempe segar mengandung vitamin B12 sebanyak 3,9 mg.
Jumlahnya lebih tinggi dari daging sapi dalam takaran sama yang hanya mengandung 3,0 mg.
Selain vitamin otak, begitu pula dengan kandungan omega-3 yang dianggap hanya terdapat di ikan, minyak ikan dan juga telur.
Fakta penelitian menunjukkan, kandungan omega-3 tertinggi bukan terdapat pada ikan karena hanya mengandung 12,5 persen.
Kandungan omega-3 yang tinggi justru terdapat pada sumber pangan nabati seperti chia seed yang mengandung 13,5 persen.
Selain itu, omega 3 juga dikatakan sebagai nutrisi yang tidak tahan panas. Sehingga ketika diolah, maka potensi omega-3 nya bisa memudar.
Lain hal dengan chia seed yang dapat dikonsumsi tanpa proses pengolahan. Hanya perlu ditambahkan air minum, chia seed beserta tingkat omega-3 nya yang tinggi bisa masuk ke dalam tubuh dengan sempurna.
Baca juga: Ikuti Atlet Lain, Shaquille ONeal Beralih ke Diet Vegan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.