Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2022, 08:32 WIB
Chelsea Austine,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbicara mengenai budaya Indonesia, kita tidak bisa lepas dari batik, karena kain inilah yang melekat di benak masyarakat Indonesia.

Kain yang dilukis dengan canting tersebut, sampai sekarang masih populer dan semakin banyak dikenakan.

Supaya tidak ketinggalan zaman, desainer pun mencari cara untuk merancang batik dengan style modern sekaligus timeless. Hal inilah yang dilakukan oleh Iwan Tirta Private Collection (ITPC), pada koleksi Runway 2023.

Adapun, tema tahun ini adalah “Sakanti Samasta”. “Sakanti” memiliki arti “keindahan”, sedangkan “Samasta” merujuk pada makna “penyatuan”. Ketika digabungkan, hadirlah tajuk bertema penyatu keindahan.

Iwan Tirta tim akan menghadirkan rangkaian koleksi ini bersamaan dengan Hari Batik Nasional, tanggal 2 Oktober 2022 mendatang.

Pada media preview Sakanti Samasta, Kamis (29/9/22) di Iwan Tirta Home, Rindu Melati Pradnyasmita, Head of Marketing Iwan Tirta Private Collection, menyampaikan alasan di balik pemilihan konsep penyatu keindahan.

“Motif-motif batik yang ditampilkan itu merupakan akulturasi dari budaya-budaya China, Eropa terutama Belanda, dan Jepang karena itu terjadi di perang kemerdekaan dan terjadinya di pesisir Jawa,” tutur Rindu.

Berbeda dari sebelumnya, ITPC 2022/2023 menghadirkan pengalaman unik lewat gabungan koleksi fashion dengan kisah fiksi selayaknya dongeng. Dikemas tidak dalam bentuk tulisan saja, tetapi berformat audio loh.

ITPC secara eksklusif juga menunjuk Adinia Wirasti, aktor dan model, yang mencintai seni batik. Adinia sendiri tidak berpikir panjang ketika mendapatkan tawaran untuk berkolaborasi dengan ITPC karena karirnya sendiri sudah berkisar di dunia storytelling, tetapi lewat acting.

Baca juga: Dua Teknik Pewarnaan Batik Baru Tampil di Peragaan Busana Iwan Tirta

Adinia Wirasti membagikan pengalamannya menulis dongeng untuk deretan koleksi Sakanti Samasta Chelsea Austine Adinia Wirasti membagikan pengalamannya menulis dongeng untuk deretan koleksi Sakanti Samasta
“Beliau (Iwan Tirta) pernah bilang kalau akulturasi budaya itu tidak selamanya merusak. Karena kadang-kadang kita kan ngerasa seperti dijajah gitu kan ya. Tapi sebetulnya kalau kita bisa mengadaptasi, menyortir, memfilter apa yang baik, dan of course yang paling penting tidak menghilangkan karakter nusantara sendiri, itu akan jadi baik juga,” ucap Adinia.

Lebih lanjut, Adinia merasa bahwa menghadirkan budaya asing sebenarnya berbicara mengenai keseimbangan. Jadi tetap harus dikurasi terlebih dahulu, dikenal, kemudian baru diputuskan apakah ingin diterima atau ditolak.

Di ITPC 2022/2023 inilah Adinia hendak mencari tahu bagaimana hasilnya ketika budaya Indonesia dikawinkan dengan budaya luar.

Sebagai pembuat cerita, Adinia beserta tim Iwan Tirta meluncurkan tiga sequence koleksi yang diibaratkan tiga sosok pangeran dari tiga negeri seberang, di mana mereka mengikuti sayembara pencarian jodoh untuk sang Putri.

Adapun ketiga pangeran dinamai Qian, Saga, dan Kai. Seluruh rangkaian dijelaskan secara langsung oleh fashion designer ITPC yakni Untari serta Risma.

Pertama, ada rangkaian Qian sebagai representasi akulturasi budaya China. Qian dideskripsikan sebagai seorang pangeran dengan wajah tenang, tetapi bergaris tegas. Ia datang membawa ilmu filsafat dan keseimbangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com