Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Ini Dia Pentingnya Berkomunikasi dengan Anak

Kompas.com - 15/10/2022, 19:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ikko Anata

KOMPAS.com – Tentu, komunikasi bukanlah perkara mudah, termasuk dengan keluarga. Hal ini dapat menyebabkan rasa frustasi karena keluarga yang seharusnya menjadi rumah atau wadah, malah menimbulkan perasaan tertekan.

Novita Tandry, psikolog anak dan remaja dari NTO International, memaparkan pentingnya komunikasi dalam keluarga pada siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Saat Aku Sedang Hadapi Tekanan Keluarga” yang dapat diakses melalui bit.ly/anyjiwtekanan.

Tidak dapat dimungkiri bahwa komunikasi sangatlah berpengaruh dalam hubungan orangtua dan anak.

Apabila komunikasi tidak berjalan dengan baik, bukan tidak mungkin anak menganggap orangtua bukanlah tempat yang aman untuk bercerita.

Itu sebabnya, memiliki hubungan positif dalam keluarga sangatlah penting.

Pasalnya, anak yang selalu merasa hubungan dalam keluarganya tidak nyaman akan beranjak dewasa dengan persepsi kehidupan adalah sesuatu yang negatif. Untuk menyikapinya, orangtua harus bisa menjadi pendengar tanpa menghakimi.

Apabila orangtua cenderung memarahi atau menghiraukan setiap keluh-kesah anak, mereka (anak) akan cenderung bahwa berkomunikasi dan bercerita kepada orangtua bukanlah sesuatu yang bijak.

Dilansir dari UNICEF, orangtua harus memberikan pertanda bahwa dirinya aktif mendengarkan. Itulah mengapa, penting bagi orangtua memberikan afirmasi bahwa segala permasalahan dan perasaan anak itu benar adanya.

Orangtua bisa bertanya dan menggunakan bahasa yang dipahami anak sesuai usia tanpa menggunakan nada dan intonasi yang keras.

Dengan begitu, anak tidak perlu merasa dirinya dimarahi atau diinterogasi.

Baca juga: Cara Menghadapi Kesedihan Saat Ditinggal Pasangan

Agar anak mampu menangani masalah dan perasaannya, orangtua dapat membantu dengan mengidentifikasi penyebab dan apa yang sedang mereka rasakan.

Orangtua juga harus sadar atas perubahan wajah dan sikap di kala mereka mengekspresikan perasaan dan masalah.

Apabila orangtua tidak mampu memfasilitasi komunikasi dengan anak, tidaklah aneh bila anak akan merasa sendirian bahkan depresi.

Dampaknya, anak akan cenderung melakukan perilaku negatif dari buruknya hubungan dalam keluarga.

Karena keluarga merupakan salah satu faktor yang peranannya signifikan dalam penyesuaian diri anak di kehidupan.

Lebih dari itu, identitas dan perilaku anak dibangun sebagaimana orangtua berkomunikasi. Komunikasi yang buruk ini diwujudkan melalui saling berteriak terhadap satu sama lain, adanya masalah yang dirahasiakan, dan ketidakmauan untuk melakukan rekonsiliasi.

Apabila komunikasi yang buruk tersebut tidak juga diatasi, anak akan memberikan reaksi dan respon yang buruk juga.

Parahnya, anak akan tumbuh dan berkembang dengan pemikiran yang demikian. Bukan tidak mungkin anak akan mengidap kecemasan, menurunnya kepercayaan diri, dan hilangnya kepercayaan anak terhadap keluarga.

Hubungan yang seperti ini disebut juga sebagai keluarga disfungsional, yaitu keluarga yang tidak bisa menjalankan peran dan fungsinya.

Lantas, bagaimana mengatasinya? Orangtua bisa memulai dengan mengajak bicara perihal masalah yang terjadi dan memberikan apresiasi sebagai wujud kasih sayang.

Seiring berjalannya waktu, anak akan menyadari adanya perubahan, terutama suasana keluarga yang mulai bersahabat dan hangat.

Anak juga akan mulai menghargai dan memberi penghormatan kepada setiap anggota keluarga.

Baca juga: Bangun Pola Asuh Ramah Anak, Hindari Main Tangan

Kemudian, komitmen terkait kepercayaan terhadap satu sama lain bahwa setiap ada masalah akan diselesaikan, bukan dijadikan sebuah rahasia.

Itulah mengapa, penting dalam keluarga untuk mengimplementasikan keterbukaan.

Terakhir adalah pengelolaan konflik dan stres. Sebagai anggota keluarga, bukanlah hal bijak apabila orangtua menyelesaikan konflik dan melampiaskan stres dengan marah-marah bahkan memecahkan barang.

Apabila rumah dan keluarga tidak bisa membantu dalam mengatasi konflik dan stres, sangatlah bijak untuk meminta nasihat dari profesional.

Dengarkan informasi dan cerita kesehatan mental lainnya hanya melalui siniar Anyaman Jiwa di Spotify. Di sana, ada banyak cerita dari teman-teman yang mempunyai masalah hidup serupa sehingga kita tak akan merasa sendiri.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbaru yang tayang tiap Rabu dan Jumat. Akses sekarang juga episodenya melalui tautan berikut https://bit.ly/anyjiwtekanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com