Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan, Obat untuk Bantu Remaja Obesitas Turunkan Berat Badan

Kompas.com - 05/11/2022, 21:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber NBC News

KOMPAS.com - Remaja yang mengalami obesitas tampaknya akan segera memiliki solusi baru untuk membantu mereka menurunkan berat badan.

Hasil uji klinis yang dirilis di New England Journal of Medicine pada hari Rabu menemukan bahwa remaja yang mendapat suntikan mingguan obat yang mengurangi nafsu makan kehilangan rata-rata 14,7 persen dari berat badan awal.

Sementara mereka yang mendapat plasebo, serta konseling tentang diet dan olahraga memperoleh 2,7 persen dari berat awal.

Hasil studi

Uji coba ini diketahui melibatkan 201 remaja berusia 12-17 tahun di tiga pusat medis di Eropa dan Meksiko.

"Pada akhir penelitian, lebih dari 40 persen peserta yang mendapatkan obat, bersama dengan konseling gaya hidup, mampu mengurangi BMI mereka sebesar 20 persen atau lebih," kata rekan penulis studi dan co-direktur Pusat Pengobatan Obesitas Pediatrik di University of Minnesota, Aaron Kelly.

Ada pun obat semaglutide, yang dijual dengan merek Wegovy, telah digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2.

Dokter yang menangani masalah diabetes melihat efek samping dari obat tersebut bekerja dengan memberitahu pankreas untuk mengeluarkan lebih banyak insulin yang dapat mengontrol gula darah.

Beberapa pasien juga kehilangan berat badan.

Ketika dokter menunjukkan hasil penurunan berat badan kepada pembuat obat Novo Nordisk, perusahaan merancang uji coba untuk mempelajari dampak semaglutide sebagai alat untuk mengatasi obesitas.

Sebuah studi sebelumnya pada orang dewasa menunjukkan bahwa obat tersebut memang membantu penurunan berat badan dan FDA menyetujuinya pada tahun 2021 untuk orang dewasa dengan obesitas.

"Saya benar-benar bersemangat," kata Kelly.

"Kami telah memasuki fase di mana kami melihat para remaja obesitas dapat menurunkan berat badan mereka. Ini adalah pertama kalinya mereka memiliki kendali atas berat badan mereka seumur hidup," ujar dia.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dari lima remaja usia 12 hingga 19 tahun di AS, lebih dari satu dianggap obesitas berdasarkan indeks massa tubuh (BMI).

Para ahli juga mengatakan, anak-anak dengan obesitas menghadapi tingkat penyakit terkait berat badan yang lebih tinggi di kemudian hari.

"Kami memiliki masalah besar dengan kelebihan berat badan dan obesitas di negara ini," ujar asisten profesor pediatri di Northwestern University Feinberg School of Medicine dan seorang dokter di Rumah Sakit Anak Lurie Chicago, Dr Monica Bianco.

"Ketika anak-anak obesitas menjadi remaja, mereka mulai mengembangkan kondisi seperti hipertensi, diabetes dan kolesterol tinggi."

"Bahkan, orang-orang dengan usia 30 tahun ada yang sudah mengalami serangan jantung," sambung dia.

Contoh kasus penurunan berat badan

Pada saat Emmalea Zummo ikut terlibat dalam studi ini, berat badannya telah melonjak hingga 113 kg.

Remaja berusia 17 tahun dari Jeannette di Pennsylvania Barat itu mengalami obesitas, dengan kondisi hormonal yang disebut sindrom ovarium polikistik, atau PCOS, selama bertahun-tahun.

"Saya mencoba diet dan mengikuti lebih banyak olahraga daripada anak-anak lain yang saya kenal. Tapi, tidak ada yang berhasil," kata Zummo.

"Tubuh saya hanya akan terbiasa dengan olahraga ekstra, terbiasa dengan diet baru dan berat badan akan kembali. Sampai akhirnya saya didiagnosis menderita depresi karena berat badan saya," lanjut dia.

Ketika ada kesempatan untuk berpartisipasi dalam studi ini, Zummo langsung mengambil kesempatan itu.

"Bahkan pada pertemuan pertama ketika mereka menjelaskan apa obatnya, saya sudah merasa lebih ringan secara mental," ungkap dia.

Sejak mengikuti studi, berat badannya sudah turun lebih dari 32 kg.

Sekarang, berat badannya telah berada di angka 81 kg.

Berat rata-rata peserta adalah 107 kg.

Secara keseluruhan, 73 persen dari mereka yang menerima pengobatan mengalami penurunan berat badan 5 persen atau lebih dibandingkan dengan 18 persen dari mereka yang hanya menerima intervensi gaya hidup.

Selain penurunan berat badan, obat ini mengurangi beberapa faktor risiko kardiovaskular, termasuk lingkar pinggang dan kolesterol jahat.

Para remaja juga melaporkan peningkatan penting dalam kualitas hidup mereka.

"Ini adalah pertama kalinya saya tahu ada obat anti-obesitas pada remaja yang terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup mereka," kata Kelly.

Namun, obat ini memiliki beberapa efek samping seperti mual, yang tampaknya berkurang saat para remaja terbiasa dengan obat tersebut.

Apakah berat badan bisa kembali naik

"Efektivitas yang ditemukan dalam studi ini juga menarik bagi masyarakat umum dan bagi orang-orang yang mempraktikkan pengobatan bariatrik," kata seorang profesor kedokteran di Los Angeles, Dr Zhaoping Li.

Tetapi, menurut Li, satu hal yang tidak dijelaskan oleh stdui ini adalah apakah obat tersebut akan terus efektif dalam jangka panjang.

"Data tindak lanjut jangka panjang pada orang yang telah minum obat diabetes menunjukkan bahwa berat badan orang telah bertambah," terangnya.

"Tentu saja, masalah yang lebih besar adalah jika orang berhenti minum obat ini setelah satu atau dua tahun, apakah berat badan akan kembali? Jawabannya mungkin ya," imbuh dia.

Ternyata, bahkan ketika orang mendapatkan perawatan untuk dapat menurunkan berat badan, tiga tahun kemudian, ada kenaikan berat badan yang signifikan.

Jadi, ketika obat penurun berat badan seperti ini diresepkan untuk pasien, itu seharusnya tidak menjadi akhir dari segalanya.

"Kita harus menggunakan ini sebagai kesempatan untuk mengidentifikasi masalah mendasar yang menyebabkan kenaikan berat badan dalam kehidupan individu pasien," tutur Li.

"Upaya ini dilakukan untuk membantu remaja membuat perubahan mendasar untuk menurunkan berat badan dan mempertahankannya, serta membantu mereka menjalani gaya hidup yang lebih sehat," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com