Namun, tidak demikian dengan orangtua yang menerapkan helicopter parenting karena kegagalan anak mereka anggap sebagai mimpi buruk.
Baca juga: Benarkah Pola Asuh Helicopter Parenting Buruk untuk Anak?
Mereka berusaha mencegah ketidakbahagiaan, ketidakmampuan, dan tantangan yang akan dihadapi anak.
Padahal, apa yang dihadapi anak adalah guru bagi kehidupan mereka yang memberikan banyak pelajaran.
Sekali lagi, ikatan batin seringkali membuat orangtua merasa cemas dengan apa yang akan dihadapi anak dan hal ini lumrah terjadi.
Sayangnya, helicopter parenting mendorong orangtua untuk lebih mengotrol kehidupan anak mereka dengan alasan melindungi.
Orangtua langsung mengambil alih kehidupan anak dan mereka yakin dapat melindungi anak supaya tidak disakiti atau dikecewakan.
Baca juga: Tips agar Ibu Bijak Pilih Informasi Seputar Parenting
Orangtua yang dulunya merasa tidak dicintai atau bahkan diabaikan ketika masa kanak-kanak dapat memperlakukan anak mereka secara berlebihan.
Perhatian dan pengawasan yang berlebih terkadang berusaha memperbaiki kekurangan orangtua dalam pola pengasuhannya.
Tidak jarang orangtua terlalu mengurusi kehidupan orangtua lain sampai-sampai mereka meniru pola pengasuhan dari keluarga yang berbeda -apalagi jika orangtua lain terlalu memerhatikan anak.
Dalam hal ini, orangtua yang tidak masuk ke dalam kehidupan anak sering kali merasa bersalah sehingga perasaannya makin buruk.
Ini adalah faktor yang mendorong orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupan anak dan mereka tidak sadar menerapkan helicopter parenting.
Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Tiger Parenting bagi Anak, Orangtua Wajib Tahu
Alasan awal yang membuat orangtua menerapkan helicopter parenting selalu dimulai dengan niat baik.
Namun, rasa kepedulian yang berlebihan membuat orangtua dan anak tidak menyatu sehingga orangtua tidak memahami apa yang benar-benar dibutuhkan anak.
Pola pengasuhan yang menekankan keterlibatan orangtua memang membawa beberapa manfaat, seperti perasaan cinta, kepercayaan diri, dan kesempatan untuk berkembang.
Meski begitu, satu hal yang perlu diingat anak terkadang dibayang-bayangi rasa takut dani keputusan yang mungkin terjadi.