Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Pencinta Kebaya Ingin Indonesia Ikut Joint Nomination UNESCO

Kompas.com - 30/11/2022, 20:36 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Pewaris kebaya Labuh, Mellyana berpendapat bahwa ada persamaan budaya kebaya Indonesia dengan negara tetangga, salah satunya adalah Kebaya Labuh yang mirip dengan kebaya yang ada di Johor dan Malaka.

"Kami komunitas kebaya di Riau mendukung agar Indonesia ikut Joint Nomination."

"Pencataan budaya ke UNESCO itu bertujuan safe guarding dan melestarikan budaya tidak ada kaitannya dengan hak milik," ungkap dia seperti dikutip dari sebuah rilis yang diterima Kompas.com.

Senada dengan itu, Direktur Institut Sarinah, Eva Sundari juga menegaskan, bila kita berkeras kebaya hanya milik Indonesia, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk melestarikan warisan budaya.

Sementara anggota Tim Riset Timnas Hari Kebaya sekaligus seorang antropog, D Kumioratih menjelaskan bahwa tujuan pendaftaran kebaya ke UNESCO adalah untuk melestarikan nilai dan budaya dari kebaya, bukan kebaya sebagai benda atau artefak.

"Jadi, sebagai budaya, perlintasan kebaya tentu sangat luas sampai ke negara tetangga," terangnya.

"Justru denga ikut joint nomination menunjukkan jiwa besar Indonesia untuk bersama menjaga dan berbagi budaya," tambah dia.

Culture sharing kebaya

Belum lama ini aktivis kebaya sekaligus Ketua Bidang Kegiatan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI), Atie Nitiasmoro juga mengatakan bahwa kebaya merupakan culture sharing.

Menurut dia, pendaftaran kebaya ke UNESCO itu bukan nation identity atau nation pride, tapi soal culture sharing supaya budaya itu tidak punah.

"Secara pribadi, saya tidak masalah kalau Indonesia bisa ikut bergabung dengan negara lainnya untuk mendaftarkan kebaya, karena kita tidak bisa mengklaim bahwa kebaya itu hanya milik Indonesia," ujar Atie.

Baca juga: Dian Sastro Ajak Para Wanita Pakai Kebaya, Ada Apa?

Meskipun penggunaannya tidak sebanyak atau semasif di Indonesia, namun keempat negara tersebut terbukti memiliki kebaya.

Bahkan, di Malaysia dan Singapura sudah ada museum kebaya yang memiliki informasi lebih mendalam dibandingkan Indonesia.

"Jangankan museum, yang namanya literatur atau jurnal mengenai kebaya itu Malaysia jauh lebih lengkap," katanya.

"Di Indonesia ada, tapi lebih banyak ditulis oleh orang asing. Yang ditulis oleh orang kita sendiri jumlahnya masih sangat terbatas," imbuh dia.

Selain ikut mendaftarkan kebaya ke UNESCO, Atie pun berharap kebaya khas Indonesia bisa dilestarikan oleh generasi muda melalui media sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com