Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Pastinya, kita pernah mengenal atau menghadapi seseorang dengan kepribadian atau ego yang tinggi. Kerap juga orang yang egois ini digambarkan dengan perilaku yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Tentang keegoisan ini juga dibahas dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Menghadapi Pasangan yang Keras Kepala” yang dapat diakses melalui tautan berikut dik.si/OMMPasangan.
Adapun orang yang sangat mementingkan dirinya sendiri ini tidak jarang mengabaikan orang lain dan kerap menyulitkan kita. Akan tetapi, bagaimana orang yang egois ini adalah pasangan kita?
Tentu dalam sebuah hubungan ego bila tidak dikendalikan dengan tepat akan menjadi sumber masalah, terlebih bila komunikasi tidak dapat terjalin dengan baik dan hanya ingin merasa benar.
Orang yang egois hanya ingin didengar dan kehendaknya diutamakan. Perilaku yang demikian kerap menyebabkan perasaan rendah diri dan mempertanyakan diri.
Untuk menyikapi seseorang dengan tingkat keegoisan yang tinggi, perlu adanya ruang dalam hubungan dan keadaan yang tenang agar komunikasi dapat berjalan dua arah.
Oleh sebab itu, bila kita memiliki pasangan yang cenderung memiliki ego yang tinggi, pastikan untuk memilih waktu yang tepat untuk berbincang.
Jika dia baru pulang dari kantor atau selesai mengerjakan pekerjaan, tunggulah sampai dirinya selesai beristirahat, kemudian yakinkan bahwa pendapatmu juga penting untuk dihargai.
Baca juga: Tidak Ada Tempat untuk Domestikasi Perempuan
Karena ego sendiri merupakan sifat yang buruk, meskipun terkadang dapat membantu di kala harus menentukan masalah yang penting untuk diselesaikan atau dianggap sebagai masalah. Akan tetapi, mempertahankan ego dalam sebuah hubungan hanyalah akan menyebabkan keterhilangan hubungan tersebut.
Dalam konteks ini, ego hanyalah akan mengakibatkan konflik yang tidak teratasi dan relasi kuasa yang tidak seimbang. Sementara itu, hubungan antarpasangan haruslah berdasarkan penghargaan terhadap satu sama lain sehingga perasaan sakit hati dapat diminimalisasi.
Oleh karena itu, bila memiliki hubungan dengan seseorang yang egonya tinggi, kita harus bisa memberikan pemahaman atau sudut pandang baru bahwa pendapat mereka bukanlah yang paling benar.
Selain itu, tidak ada kebenaran yang mutlak dalam sebuah hubungan, kecuali kompromi terkait kepentingan masing-masing.
Lebih dari itu, pasangan yang egois tidak akan meminta maaf atau mengakui kesalahan mereka secara langsung.
Bahkan, tidak sedikit seseorang yang melampiaskan perasaan kekecewaan ego mereka dengan berperilaku tindak kekerasan. Apabila dia tidak bisa meredam atau mengendalikan emosi, tentu kita tidak bisa selamanya berada dalam hubungan tersebut.