PERNYATAAN seorang “selebgram” tentang tidak mau punya anak yang kemudian menjadi viral, menarik untuk didiskusikan lebih lanjut.
Secara sosiologis, kasus keluarga yang tidak ingin memiliki anak, atau seringkali disebut sebagai "childfree" atau "voluntarily childless" tentu jika dijadikan pijakan dalam mengelola unit terkecil dari entitas sosial ini, bisa memberikan dampak buruk pada masa mendatang.
Memang, terdapat sejumlah alasan yang menyebabkan suatu keluarga memutuskan untuk tidak memiliki anak.
Secara umum alasan yang sering muncul antara lain pertimbangan finansial, perhatian pada karier, kesadaran lingkungan, dan atau pilihan hidup.
Bagi para pelaku, meski ada sejumlah alasan yang melatarinya, tetap saja ada tekanan sosial dan stigma negatif yang masih melekat.
Mereka cenderung menganggap orang yang tidak memiliki anak sebagai orang yang kurang lengkap atau tidak 'normal'.
Jika menggunakan logikanya, pertimbangan childfree bisa dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, masalah finansial. Bisa jadi ini alasan paling jamak. Kalangan ini mengalkulasi besaran biaya merawat anak, termasuk biaya kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari, yang kemudian dikaitkan dengan kemampuan mereka sendiri.
Perhatian pada karier: Banyak orang juga memilih untuk tidak memiliki anak karena mereka ingin fokus pada karier mereka.
Merawat anak membutuhkan waktu dan tenaga besar, dan beberapa orang mungkin memilih untuk fokus pada karier mereka daripada membagi waktu dan perhatian mereka antara karier dan anak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.