Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi Masa Depan Tanpa Anak?

Kompas.com - 20/02/2023, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Salah satu temuan Geertz adalah praktik berbagi di antara keluarga-keluarga miskin di Jawa, dan hubungannya dengan kehadiran anak-anak dalam keluarga.

Geertz menemukan bahwa dalam banyak kasus keluarga-keluarga miskin di Jawa, kehadiran anak-anak dapat menjadi tambahan pendapatan keluarga.

Sehingga anak-anak dianggap sebagai aset ekonomi, baik sebagai “pembantu” pekerjaan rumah tangga, maupun di pertanian, atau usaha lain.

Meskipun demikian, Geertz juga menemukan bahwa anak-anak kadang harus bekerja keras dan mengorbankan waktu mereka yang dapat membatasi kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan atau peluang kerja yang lebih baik di masa depan.

Temuan Geertz ini menunjukkan kompleksitas masalah kemiskinan dan pola kehidupan sosial, sementara kehadiran anak-anak dapat memberikan manfaat ekonomi bagi keluarga miskin.

Adakah hubungan antara fenomena anak dalam sebagian keluarga Jawa seperti temuan Geertz dengan childfree?

Memang tidak ada korelasi langsung antara temuan Geertz tentang kemiskinan berbagi di Jawa dan fenomena childfree. Namun, ada beberapa refleksi dan pemikiran yang dapat dikaitkan dengan keduanya.

Pertama, di antara alasan mengapa orang memilih childfree adalah karena kekhawatiran tentang aspek finansial dari memiliki anak. Ini juga yang ditemukan Geertz, di mana kehadiran anak dapat menjadi sumber pengeluaran yang besar bagi keluarga miskin di Jawa.

Kedua, argumen yang menjelaskan kehadiran anak dapat membatasi kesempatan dan potensi seseorang.

Hal ini juga sebenarnya ditemukan Geertz, ketika ternyata anak-anak di Jawa seringkali harus bekerja keras dan mengorbankan waktu mereka.

Data ini seakan membuktikan adanya kaitan antara faktor waktu dan kesempatan, serta keputusan seseorang untuk memilih childfree.

Di sisi lain, kita dikejutkan berita bahwa di Jepang banyak rumah kosong yang tidak lagi dimiliki oleh siapapun. Rumah-rumah tanpa ahli waris itu kemudian diambil alih negara.

Memang ada aturan hukum di Jepang menegani "hukum pengambilalihan waris kosong" atau "tsurube shomei ho". Pemerintah bisa mengambil alih properti yang ditinggalkan oleh orang yang tidak memiliki ahli waris sah.

Hukum ini bertujuan mencegah adanya properti terlantar dan untuk menjaga lingkungan agar tetap aman dan layak huni.

Artinya dalam konteks tertentu, fenomena tidak punya anak kadang-kadang berpotensi mengganggu kehidupan sosial masyarakat. Bayangkan saja, seperti rumah-rumah di Jepang itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com