Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Masalah Kesehatan Mental Remaja, Orangtua Wajib Tahu

Kompas.com - 15/03/2023, 14:18 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Masalah kesehatan mental tidak hanya dialami orang dewasa saja namun juga remaja.

Perubahan fisik, emosional dan sosial, termasuk kemiskinan, pelecehan, atau kekerasan membuat kondisi mental mereka lebih rentan.

Pengalaman menghadapi kesulitan hidup, tekanan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya, eksplorasi identitas, juga pengaruh media juga menjadi faktor yang berpengaruh.

Baca juga: Kenapa Remaja Lebih Sering Merasa Cemas?

WHO menyatakan, secara global, diperkirakan 14 persen anak berusia 10-19 tahun mengalami gangguan kesehatan mental namun sebagian besar tidak dikenali maupun mendapatkan penanganan yang tepat.

Fakta tentang masalah kesehatan mental remaja

Stres dan tekanan menjadi penyebab utama masalah kesehatan mental pada remaja.

Beberapa diantara seperti:

  • Tekanan untuk mendapat nilai bagus atau masuk ke sekolah elite
  • Perasaan ingin menjadi superstar dalam olahraga, seni pertunjukan, atau ekstrakurikuler lainnya
  • Aktivitas harian yang menyulitkan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat, relaksasi atau bersenang-senang
  • Bullying
  • Kecemasan akan isu berat yang diketahuinya
  • Diskriminasi karena ras, jenis kelamin, orientasi seksual, berat badan, dll
  • Masalah yang berkaitan dengan kemiskinan atau kekurangan uang untuk perumahan yang aman, stabil, dan cukup makanan bergizi.

Baca juga: Riset: Otak Remaja Menua Lebih Cepat akibat Stres Pandemi

Orangtua menjadi sosok yang sangat krusial untuk mendampingi anaknya menghadapi isu kesehatan mental ini.

Ironisnya, banyak orangtua gagal mengenali tanda-tanda awalnya karena minimnya pemahaman.

Agar tidak mengalaminya, berikut sejumlah fakta penting soal kesehatan mental remaja yang perlu dikenali setiap ayah dan ibu.

Tanda-tanda masalah kesehatan mental

ilustrasi remaja. Remaja bisa mengalami gangguan kecemasan.SHUTTERSTOCK ilustrasi remaja. Remaja bisa mengalami gangguan kecemasan.
Perubahan biologis, termasuk perubahan hormon yang dialami semua remaja dapat memengaruhi suasana hati mereka.

Namun perubahan mood yang tidak terkontrol, mudah marah, cepat tersinggung dan menangis bisa jadi tanda bahaya.

Baca juga: 2 Tantangan Terberat Menjadi Remaja, Orangtua Perlu Paham

Gejala lainnya seperti:

  • Perubahan pola tidur, berat badan, kebiasaan makanan atau aktivitas harian lainnya
  • Kehilangan minat pada hal yang disukainya
  • Menarik diri
  • Sering membatalkan rencana dengan keluarga atau sahabat tanpa alasan
  • Masalah di akademis
  • Ada kekhawatiran yang intens
  • Enggan diajak bicara terbuka soal masalah yang dialami
  • Obsesi dengan tujuan tertentu yang dipercaya amat penting untuk hidup mereka
  • Tanda-tanda penggunaan narkoba, alkohol atau zat berbahaya lainnya
  • Tanda-tanda menyakiti diri sendiri

Masalah kesehatan mental yang paling sering terjadi pada remaja

Risiko jenis penyakit mental pada remaja sama saja dengan yang dialami orang dewasa.

Namun ada beberapa jenis yang paling sering terjadi, misalnya:

  • ADHD, yang berisiko dialami anak usia 3-17 tahun
  • Kecemasan, yang dapat menganggu fungsi sehari-hari
  • Depresi, yang tidak selalu ditandai dengan kesedihan namun lebih kepada kemarahan
  • Anoreksi dan bulimia, yang dapat memicu masalah fisik akibat kekurangan nutrisi
  • Menyakiti diri sendiri

Baca juga: Depresi pada Remaja, Kenali Gejala hingga Penyebabnya

Dampak media sosial

Remaja cenderung terpikat dengan media sosial seperti Instagram, TikTok, Twitter, dll.

Riset membuktikan, 90 persen remaja berusia 13 hingga 18 tahun menggunakan berbagai platform.

Sedangkan 60 persen menghabiskan banyak waktunya dengan media sosial setiap hari.

Penggunaan media sosial sebenarnya bisa menciptaan efek positif jika digunakan secara sehat.

Namun pada anak remaja, efek buruknya lebih tinggi termasuk karena berbagai konten yang menciptakan citra negatif pada dirinya sendiri.

Baca juga: 5 Dampak Negatif Media Sosial terhadap Remaja, Orangtua Perlu Tahu

Obrolan terbuka

Seringkali anak tidak menyadari kebiasaan self-talk negatif yang bisa membat dirinya pesimis, tidak percaya diri, dan cenderung membaatasi kemampuannya.Julia M Cameron Seringkali anak tidak menyadari kebiasaan self-talk negatif yang bisa membat dirinya pesimis, tidak percaya diri, dan cenderung membaatasi kemampuannya.
Orangtua harus bersikap aktif untuk membuka obrolan dengan anak soal masalah kesehatan mental yang mungkin mereka alami.

Cara ini menunjukkan pada anak jika kita peduli dan siap membantu, dengan menyisihkan berbagai stigma buruk.

Baca juga: Perlukah Orangtua Mengecek Isi Ponsel Anak?

Pastikan anak merasa aman untuk bersikap terbuka kepada kita, tanpa merasa dihakimi, dikuliahi, atau dihukum.

Berikan dukungan dengan penuh kasih sayang dan perbanyak mendengar keluhan anak, bukannya menasihati mereka.

Orangtua juga harus maklum jika remaja awalnya bersikap defensif atau tertutup meskipun kita berusaha memancing mereka.

Orang yang memiliki masalah kesehatan mental sering kali merasa malu dan takut atas kondisinya.

Baca juga: Kenapa Generasi Z Lebih Sadar Masalah Kesehatan Mental?

Hal yang perlu diingat orangtua

Orangtua tidak perlu merasa malu untuk mencari solusi atas masalah kesehatan mental anaknya.

Tidak perlu juga menyalahkan diri sendiri atas kondisi anak karena belum tentu orangtua sebagai akar masalahnya.

Ajari anak mengelola tekanan mental yang dirasakan dan tunjukkan dengan kasih sayang jika kita harus terus bersikap positif dalam hidup.

Baca juga: Perlukah Kita Detoks Media Sosial demi Menjaga Kesehatan Mental?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com