Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2022, 12:16 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Stres yang dirasakan selama pandemi Covid-19 rupanya memberikan dampak signifikan pada otak remaja di Amerika Serikat.

Penelitian terbaru di jurnal Biological Psychiatry: Global Open Science membuktikan otak remaja menua lebih cepat karena stres dan kecemasan.

Mereka juga mengalami depresi yang lebih parah dan masalah yang diinternalisasi seperti adanya perasaan sedih, rendah diri, dan ketakutan serta kesulitan mengatur emosi.

Baca juga: Anak Remaja Terobsesi Idol Kpop? Orangtua Tak Perlu Sikapi Berlebihan

Para peneliti mengelompokkan anak-anak dalam demografi yang sama termasuk jenis kelamin, usia, paparan stres, dan status sosial ekonomi.

Untuk menemukan usia otak rata-rata, pemindaian MRI dilakukan melalui model yang mengumpulkan data dari pemindaian lain.

Para peneliti membandingkan scan MRI dari 128 anak yang separuhnya dilakukan sebelum pandemi dan sisanya di akhir tahun 2020, ketika Covid-19 sudah mendunia.

Peneliti menemukan bahwa anak-anak yang hidup selama tahun pertama pandemi memiliki usia otak yang lebih tua dari usia kronologisnya.

Otak yang telah melewati awal pandemi mengalami pertumbuhan di area yang dapat membantu mengatur rasa takut dan stres, yang disebut amigdala, dan di hipokampus, area otak yang dapat mengontrol akses ke ingatan.

Jaringan telah menipis di bagian otak yang mengontrol fungsi eksekutif, korteks.

Baca juga: 4 Makanan Sehat yang Dapat Memperlambat Penuaan Otak

Otak anak berubah secara alami dari waktu ke waktu, tetapi penelitian telah menemukan bahwa perubahan fisik ini dapat terjadi lebih cepat ketika seseorang mengalami kesulitan yang signifikan di masa kanak-kanak.

Terbukti pula bahwa anak yang terpapar kekerasan, penelantaran, kemiskinan dan masalah keluarga di awal kehidupan memiliki penuaan otak yang lebih cepat dan dapat memiliki masalah dengan kesehatan mental mereka di kemudian hari.

Pandemi tidak ramah terhadap kesehatan mental remaja,” kata Ian Gotlib, peneliti utama sekaligus seorang profesor psikologi di Stanford University.

Baca juga: Studi: Makanan Olahan Menyebabkan Degenerasi Otak

Max Wiznitzer, kepala pengalihan neurologi pediatrik di UH Rainbow Babies & Children's Hospital, AS mengatakan penting mengenali masalah kesehatan mental yang dialami anak.

“Anatomi itu tidak penting. Fungsionalitaslah yang penting,” kata Wiznitzer,

“Konsekuensi klinis di sini adalah dampak fungsional, kondisi kesehatan mental secara klinis dan bagaimana fungsinya dan bagaimana Anda menghadapinya.”

Otak memiliki kapasitas untuk mengatur ulang – atau menyebutnya perbaikan, jika Anda mau,” tambah Wiznitzer.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com