KOMPAS.com - Stres yang dirasakan selama pandemi Covid-19 rupanya memberikan dampak signifikan pada otak remaja di Amerika Serikat.
Penelitian terbaru di jurnal Biological Psychiatry: Global Open Science membuktikan otak remaja menua lebih cepat karena stres dan kecemasan.
Mereka juga mengalami depresi yang lebih parah dan masalah yang diinternalisasi seperti adanya perasaan sedih, rendah diri, dan ketakutan serta kesulitan mengatur emosi.
Baca juga: Anak Remaja Terobsesi Idol Kpop? Orangtua Tak Perlu Sikapi Berlebihan
Para peneliti mengelompokkan anak-anak dalam demografi yang sama termasuk jenis kelamin, usia, paparan stres, dan status sosial ekonomi.
Untuk menemukan usia otak rata-rata, pemindaian MRI dilakukan melalui model yang mengumpulkan data dari pemindaian lain.
Para peneliti membandingkan scan MRI dari 128 anak yang separuhnya dilakukan sebelum pandemi dan sisanya di akhir tahun 2020, ketika Covid-19 sudah mendunia.
Peneliti menemukan bahwa anak-anak yang hidup selama tahun pertama pandemi memiliki usia otak yang lebih tua dari usia kronologisnya.
Otak yang telah melewati awal pandemi mengalami pertumbuhan di area yang dapat membantu mengatur rasa takut dan stres, yang disebut amigdala, dan di hipokampus, area otak yang dapat mengontrol akses ke ingatan.
Jaringan telah menipis di bagian otak yang mengontrol fungsi eksekutif, korteks.
Baca juga: 4 Makanan Sehat yang Dapat Memperlambat Penuaan Otak
Otak anak berubah secara alami dari waktu ke waktu, tetapi penelitian telah menemukan bahwa perubahan fisik ini dapat terjadi lebih cepat ketika seseorang mengalami kesulitan yang signifikan di masa kanak-kanak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.