Menurut dia, pembuatan motif galaran pada tenun ikat ini juga dibantu oleh para perajin tenun berbakat, khususnya dari daerah Jawa Tengah, yang dibina sendiri oleh CTI.
Sebab, sebelumnya, para perajin di Jawa Tengah ini lebih banyak mengerjakan motif-motif untuk daerah di luar Jawa seperti Bali atau Papua.
"Jadi, kami ingin mendorong mereka untuk menciptakan motif-motif tenun khas Jawa Tengah," imbuh dia.
Baca juga: Melestarikan Tenun Sikka, dengan Modul, Pelatihan, hingga Doa
Untuk mendukung sustainable fashion, tenun ikat galaran ini dikerjakan menggunakan metode pewarnaan alami dari proses fermentasi buah jalawe (Terminalia Bellirica).
Di samping itu, tenun ikat ini juga dipadukan dengan kain batik dan lurik untuk menjadi busana siap pakai kontemporer lewat permainan struktur, akurasi teknik potong, dan lipit asimteri dengan inspirasi gaya pakaian berlibur nan santai namun apik.
"Seluruh koleksi Pelesir dapat dipakai untuk segala gender (unisex), serta dalam berbagai suasana, baik itu bekerja maupun berwisata," ujar Bai.
Hadir kurang lebih dalam 40 koleksi, rilisan terbatas (limited) ini terbagi atas beberapa model seperti atasan, bawahan, jaket, dress, hingga outer dengan harga mulai dari Rp 2 juta - Rp 5 juta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.