Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Lempari Musisi di Atas Panggung Dipicu Pandemi dan Media Sosial

Kompas.com - 09/08/2023, 11:42 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber Huffpost

KOMPAS.com - Insiden pelemparan barang kepada musisi yang sedang tampil di panggung belakangan marak.

Harry Styles, Drake, Bebe Rexha dan Cardi B termasuk artis yang diinterupsi oleh penonton konser yang melemparkan benda ke arah mereka.

Ada yang membahayakan seperti Bebe Rexha yang dilempar dengan ponsel sehingga melukai wajahnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bebe Rexha (@beberexha)

Sedangkan Cardi B dilempari dengan air, yang meskipun tidak membahayakan sukses membuat rapper itu berang dan melemparkan mikrofonnya ke penonton tersebut.

Sementara itu, Pink dilempari abu kremasi ibu salah satu penontonnya ketika konser di Australia.

Baca juga: Dilempar Air, Cardi B Spontan Balas Lempar Mic ke Arah Penonton

Serangkaian kejadian ini membuat para artis harus mengingatkan penontonnya untuk tidak berperilaku buruk seperti Adele dan Kelly Clarkson.

Pandemi bikin orang berperilaku buruk

Jennifer Stevens Aubrey, profesor komunikasi di University of Arizona berpendapat ada dua faktor yang menciptakan tren negatif ini.

Pertama, orang-orang tidak berada dalam perilaku terbaiknya setelah absen cukup lama dari kehidupan publik akibat pandemi.

"Ada erosi yang nyata dari tata krama dan etiket di seluruh sektor, tidak hanya di konser," terangnya, dikutip dari Huffpost.

Selain itu, perilaku melempar barang ke panggung ini ada hubungannya dengan penguatan hubungan parasosial selama pandemi akibat media sosial.

Baca juga: Mengidolakan Berlebih, Bisa Jadi Tanda Hubungan Parasosial

Para penggemar merasa sangat mengenal para musisi tersebut sehingga beranggap memiliki persahabatan.

"Penggemar dibiarkan masuk ke dalam kehidupan informal sehari-hari dari banyak artis favorit mereka, membuat orang merasa mereka memiliki persahabatan satu arah yang agak intim dengan para artis ini," kata Stevens Aubrey.

“Lagipula, mereka sering 'berbicara' di ponsel mereka melalui video pendek ini. Di benak para penggemar, mereka adalah teman.”

Ilustrasi konser girl group di Korea Selatanshutterstock Ilustrasi konser girl group di Korea Selatan
Saat melihatnya secara langsung di konser, mereka berharap interaksi dua arah yang sesungguhnya akan terjadi.

Baca juga: 11 Etika Nonton Konser yang Penting untuk Kenyamanan dan Keamanan

Bahkan jika interaksi itu berarti melemparkan barang ke arah mereka sehingga mendapatkan perhatian.

"Melempar barang ke pemain bisa dianggap sebagai kekerasan, tapi interpretasi lain adalah tindakan putus asa," kata Stevens Aubrey.

"Seperti, ini adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk mendapatkan perhatian dari pemain."

Perilaku ini mirip dengan tragedi kematian John Lennon yang dibunuh oleh penggemarnya sendiri.

Baca juga: 10 Hal di Seputar Kematian John Lennon

Mengejar sensasi media sosial

David Thomas, profesor studi forensik di Florida Gulf Coast University, mengatakan bahwa anonimitas yang diberikan oleh lokasi konser yang gelap dan kerumunan besar dapat mendorong perilaku buruk.

Media sosial juga amat berpengaruh karena memicu keinginan menjadi viral, termasuk dengan melakukan hal membahayakan.

“Banyak yang menemukan bahwa perhatian atau liputan media dalam bentuk apa pun untuk perilaku buruk atau baik itu bermanfaat,” kata Thomas, yang juga mantan petugas polisi dengan keahlian dalam psikologi massa.

Baca juga: Konten Viral Tenaga Kesehatan dan Kode Etik di Media Sosial

“Tidak ada panggung yang lebih besar dari konser di depan 20.000 penggemar, belum lagi televisi dan media sosial,” terangnya.

“Perhatian yang diterima pelaku dengan mengorbankan artis lebih penting daripada menikmati konser atau kemungkinan cedera yang dapat ditimbulkan pada artis.”

Ilustrasi konser.UNSPLASH/Vishnu R Nair Ilustrasi konser.
Kebanyakan musisi yang menjadi korban adalah perempuan sehingga tren ini dinilai ada kaitannya dengan faktor misogini.

“Tentunya hal yang lebih dramatis adalah para penggemar yang melempari wanita,” kata Paul Booth, seorang profesor media dan budaya pop di Universitas DePaul.

Baca juga: Misogini, Istilah yang Muncul pada Abad Ke-17

"Jika tren ini untuk perhatian, orang merasa berhak mendapatkan perhatian wanita, dan mungkin percaya bahwa wanita lebih cenderung memberikannya," kata Booth.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com