KOMPAS.com - Pelampiasan rasa sakit hingga trauma saat ini mengalami pergeseran tren, khususnya di kalangan generasi Z.
Ada satu hal baru ditemukan para ahli tentang media sosial seperti TikTok kini seolah menjelma jadi "ajang" pelampiasan rasa sakit hingga trauma bagi generasi muda.
"Gen Z menjadi generasi pertama yang tidak merasa malu berbagi segalanya di media sosial."
"Saya semakin terbiasa melihat orang-orang terbuka tentang trauma mereka di TikTok."
Demikian kata Meg Schnetzer, seorang praktisi somatik yang biasa menangani trauma, seperti dilansir Study Finds.
Baca juga: Bangkit dari Isu Bangkrut, Revlon Siap Memikat Gen Z
Meg menjelaskan, trauma yang dimaksud itu berbicara tentang bagaimana preferensi pada generasi Z mendukung dan mengungkapkan pengalaman sulit yang dihadapi.
Kemudian ada pula emosi dan keyakinan yang disimpan dalam sistem saraf kita hingga tercermin dalam perilaku kita selama bertahun-tahun.
Rasa sakit dan trauma yang dialami bisa berupa kecanduan, kemarahan, menyenangkan orang lain, mengasingkan diri, atau ketidakmampuan memercayai orang lain.
Pada dasarnya, menurut Meg, semua itu dilakukan dengan tujuan untuk melindungi diri sendiri dengan cara tertentu.
Sedangkan pilihan kebanyakan Gen Z adalah membagikannya ke media sosial seperti TikTok.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.