Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/09/2023, 19:18 WIB
Wisnubrata

Editor

Tapi jika para remaja yang belum ahli diminta menenun, siapa yang akan membeli hasilnya?

Karena salah satu tujuannya adalah untuk melestarikan tenun agar tidak hilang, maka Stephanie akan membeli semua kain yang dibuat, walau kadang hasilnya belum sempurna.

"Ada yang miring lah, kasar lah, tapi saya bayarin juga karena mereka sudah bersedia belajar," papar Stephanie.

Dengan cara seperti itu, akhirnya kemitraan bisa terjalin di Belu. Para penenun pun tidak ragu untuk mengerjakannya karena ada kepastian produknya dibeli.

Dulu sebelum Stephanie bekerja sama dengan mereka, kain para penenun itu biasanya dititipkan ke orang untuk dijual di pasar di Kupang. Kadang-kadang hingga dua bulan belum laku, akhirnya dibawa pulang lagi.

Sekarang semua tenunan yang diproduksi sesuai permintaan Stephanie, akan dibeli. Sehingga para penenun mendapatkan pemasukan yang kontinyu.

Meski demikian, Stephanie selalu memberi tahu pembelinya, mana tenunan yang dikerjakan seorang yang ahli atau maestro, mana yang baru belajar, sehingga konsumen paham bila harganya pun berbeda.

Stephanie juga berharap bila anak-anak muda ini mau belajar, maka tenun akan tetap lestari dan menjadi tradisi yang tidak hilang dari NTT.

Tentu kemudian menjadi tantangan ketika sebuah daerah mulai dikenal hasil tenunnya, orang akan mencari ke sana.

Itu yang terjadi ketika tenunan yang dibuat Mama Magdalena, atau kerap dipanggi Mama Tua, mitra Tinung Rambu dari Mandeu Kabupaten Belu, dipakai oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo di KTT ASEAN, Mei 2023.

Baca juga: Kisah Tinung Rambu dan Kain Timor yang Dikenakan Ibu Negara

Beberapa saat setelahnya, banyak orang mencari kain yang sama di Mandeu, tapi tidak mudah didapat karena Mama Magdalena hanya mau mengerjakan pesanan Tinung Rambu, walau orang lain bersedia membayar lebih mahal.

"Dulu kita susah, ibu datang tolong. Jadi saya dahulukan pesanan ibu," ujar Mama Tua seperti diceritakan Stephanie.

Tinung Rambu memberikan bantuan makanan sehat, pendirian PAUD, hingga pembangunan sekolah di NTT Tinung Rambu memberikan bantuan makanan sehat, pendirian PAUD, hingga pembangunan sekolah di NTT
Namun bagi penenun lain, itu adalah godaan. Ada mitra yang kemudian mengupah orang lain untuk membuat pesanan Tinung Rambu, sedangkan kain yang harusnya dikirim, malah dijual ke orang lain.

Untunglah Stephanie tidak kapok. "Memang saat itu mereka mendapat uang lebih, tapi tidak selalu ada orang datang dan membeli. Biasanya kalau sudah begitu, mereka minta kainnya saya beli lagi."

Kecintaan pada kain, membuat Stephanie tetap bersedia membantu. Ia bahkan mengulurkan tangan membuka program PAUD di dua tempat di NTT, membantu pembangunan tiga gedung sekolah, dan membantu Program Makan Sehat serta bantuan pendidikan tiap semester.

Bantuan itu dia berikan di Oendule, Boni, Oeseli, di Pulau Rote, lalu di Besana, Ragnamo, dan Faturika di Timor, serta Hanggaroru dan Patanning di Sumba.

"Dananya saya dapatkan dari hasil penjualan tenun. Saya ingat dahulu saya selalu diusahakan mendapat hal-hal yang baik dari orangtua saya, saya ingin anak-anak ini juga mendapatkannya," ujar Stephanie.

"Kadang saya tidak punya uang untuk program ini, tapi saya berdoa, Tuhan, bantu saya, dan besoknya ada aja kain yang laku,"lanjutnya.

Kecintaannya pada kain telah membuka jalan bagi para penenun untuk mendapatkan rejeki, dan kegembiraan Stephanie pun berlanjut karena lewat tenun ia bisa membantu lebih banyak orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com