3 Penyebab Anak dan Remaja di Indonesia Darurat Kesehatan Jiwa

"Sebagian besar masalah yang saya dengar itu berasal dari keluarga, semisal pertanyaan simpel; kapan bisa kasih momongan, skripsimu sudah sampai mana, kapan wisuda, kok kamu tidak seperti sebelah (tetangga)," ucap Marvin.

Pertanyaan yang mungkin tidak berniat menyudutkan, tetapi bagi orang yang rentan bisa menjadi tekanan tersendiri, bahkan membuatnya merasa minder hingga terjebak pada masalah kesehatan mental.

"Saya rasa itu penting untuk kita sadari. Karena banyak orang tidak sadar dengan pertanyaan-pertanyaan yang ternyata memberi pressure hingga mereka mengalami masalah kesehatan jiwa," papar Marvin.

Masalah dari lingkungan keluarga juga bisa timbul dari persoalan yang lebih rumit seperti beban sebagai generasi sandwich, pencarian jati diri, pengaruh media sosial, serta problem emosi, dan kekerasan berbasis keluarga yang banyak tidak disadari.

3. Self diagnose

Mudahnya mengakses informasi melalui internet membuat generasi muda memiliki pengetahuan sangat luas.

Ini memang berdampak positif, namun bila tidak diimbangi dengan eksplorasi pada sumber yang kredibel, proses pengelolaan informasi akan menimbulkan guncangan. Inilah yang berpotensi mengganggu kesehatan jiwa.

Sudah banyak kasus yang membuktikan kesalahan diagnostik akan berakibat fatal karena tidak mendapat penanganan dengan baik.

Dokter spesialis kesehatan jiwa Prof.Tjin Wiguna mengatakan, kita perlu bijaksana, menyortir informasi, dan mencari informasi yang akurat karena diagnosis kesehatan jiwa tidak bisa sembarangan.

“Kita juga harus meningkatkan literasi kesehatan jiwa. Jika literasi kesehatan jiwanya baik, pemahaman kita mengenai kesehatan jiwa juga semakin baik. Stigma pun bisa dikurangi, termasuk stigma pada diri sendiri sehingga dia pun bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat,“ katanya.

Baca juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Kenali 8 Masalah Kesehatan Mental Berikut