Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Setiap orangtua tentunya menginginkan anak patuh terhadap perintah mereka, utamanya untuk kebaikan si kecil. Namun demikian, kerap dijumpai anak tidak menuruti keinginan orangtua atau melawan.
Perilaku anak melawan orangtua bukan tanpa alasan. Ada sejumlah penyebab anak sering melawan orangtua yang wajib diketahui.
Baca juga:
Dengan mengetahui penyebab anak sering melawan, maka orangtua bisa memperbaikinya dan mencari solusinya bersama sehingga anak menjadi patuh.
Kompas.com merangkum sejumlah penyebab anak sering melawan orangtua sebagai berikut:
Psikolog Samanta Elsener menuturkan, penyebab anak sering melawan orangtua adalah kurangnya koneksi atau ikatan orangtua dan anak.
“Anak sering melawan orangtua karena kurang koneksi dengan orangtua secara efektif,” tuturnya saat dikonfirmasi Kompas.com, dikutip Senin (18/3/2024).
Melansir dari Psychology Today, ada berbagai alasan kurangnya ikatan antara orangtua dan anak. Salah satunya adalah orangtua jarang bersama dengan anak.
Karenanya, untuk memperkuat ikatan tersebut orangtua harus berupaya membangun kembali hubungan yang hangat dengan buah hati. Setelah kembali terkoneksi, anak akan lebih nyaman menunjukkan rasa kesal yang selama ini membebani dirinya dan lebih koperatif dengan orangtua.
Samanta menuturkan, orangtua boleh sesekali memarahi anak. Dengan catatan, tidak menggunakan cara-cara yang dapat melukai hati anak, seperti teriakan dan kekerasan.
“Orangtua boleh memarahi anak sesekali dengan nada yang tidak melengking dan tidak menggunakan kekerasan,” terangnya.
Namun demikian, terlalu sering memarahi anak, akan berdampak buruk bagi si kecil. Mulai dari trauma, mengganggu perkembangan, hingga anak menjaga jarak dengan orangtua.
“Anak kurang dekat dengan orangtua dan menjadi kurang bisa terbuka,” tutur Samanta.
Baca juga:
Pola asuh orangtua yang otoriter justru membuat anak mudah melawan. Samanta menuturkan, ciri utama pola asuh otoriter adalah komunikasi satu arah hanya dari orangtua ke anak.
Sebaliknya, orangtua jarang bahkan tidak pernah mendengarkan pendapat anak.
“Gaya komunikasi orangtua terlalu satu arah atau otoriter ke anak,” tuturnya.
Melansir dari Psychology Today, terkadang orangtua perlu mendengarkan sudut pandang anak. Jika terjadi perbedaan, maka baik orangtua maupun anak bisa mencari solusi bersama.
View this post on Instagram