Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Harus Dilakukan Orangtua Ketika Anak Jadi Pelaku Bullying

Kompas.com - 20/02/2024, 14:58 WIB
Via Furgativa Gumilar ,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Femomena bullying kerap terjadi di masyarakat khususnya di lingkungan sekolah, seperti yang terjadi baru–baru ini di Binus School Serpong, Tangerang, Banten.

Mereka yang melakukan bullying biasanya adalah anak yang populer, tampan atau cantik, dan memiliki kekuatan sosial. Tapi tidak menutup kemungkinan anak yang terlihat pendiam bisa menjadi pelaku bullying.

Ada banyak alasan yang membuat anak menjadi pelaku bullying, menurut Mitch Prinstein, seorang profesor dari University of North Carolina. Biasanya anak yang ingin mendominasi anak–anak yang lainnya berpotensi menjadi pembully.

Terkadang ada juga anak yang membully anak lainnya karena ia disuruh oleh anak yang lebih berkuasa dalam sebuah kelompok atau geng. Jika perintah tersebut tidak dilaksanakan, anak ini yang akan menjadi korban bully, sehingga ia merespons hal tersebut sebagai ancaman dan melakukan tindakan yang buruk.

Jadi, perilaku bullying bisa berasal dari berbagai alasan, tetapi penting untuk orangtua memahami sebabnya agar dapat meresponsnya dengan tepat.

Baca juga: Cara Mendidik Anak agar Tidak Jadi Tukang Bully

Jika anak jadi pelaku bullying

Lalu bagaimana orang tua harus bersikap jika mengetahui anak mereka menjadi pelaku bullying? Berikut ulasannya lebih lanjut :

1. Mencari tahu penyebabnya

Para orangtua pasti akan merasa malu dan bersalah dengan perilaku anaknya yang menjadi pelaku bullying. Namun bisa jadi perilaku tersebut dipicu oleh sikap orangtua dalam mendidik anaknya, sehingga mereka juga perlu melakukan instropeksi diri.

"Perilaku orangtua cenderung sangat jelas dicontoh oleh anak," kata Prinstein. Jika para orangtua mendidik kedisiplinan anak dengan cara memaksa dan menindas, perilaku bullying anak mereka bisa jadi merupakan hasil "didikan" tersebut.

Jika perilaku orangtua bukanlah penyebabnya, mereka mungkin perlu mempertimbangkan faktor lain dalam lingkungan rumah yang mungkin tanpa disadari mengizinkan perilaku abusive.

Selain itu, peristiwa traumatis atau gaya hidup yang terlalu teratur dan terkontrol hingga membuat anak merasa terkekang bisa jadi pemicunya, yang kemungkinan terbawa pada perilaku mereka terhadap teman sekolahnya.

2. Berkomunikasi dengan anak

Berkomunikasilah dengan anak, agar anak merasa nyaman dan berempati ketika orang tua menghormatinya. Beri tahu jika pihak sekolah sudah menghubungi, lalu ingin mengumpulkan informasi dan mencari soulsi.

Tanyakan keadaannya, misalnya apa ada yang membuatnya kesal di sekolah dan kenapa melakukan hal itu? Lalu dengarkan dan beri respon yang baik dengan memberikan sudut pandang orang lain.

Para ahli menyarankan, bersikaplah seolah–olah anak kurang pemahaman bukan karena ia berkarakter buruk. Beritahu bahwa kata–kata kasar sama menyakitkannya dengan dipukul pada bagian wajah.

Menurut Clay pendekatan ini akan membantu memperbaiki perilaku anak sehingga mau belajar dan berubah.

Sebaliknya jika orangtua memberi hukuman pada anak dengan menyita handphone atau tidak memberi uang saku misalnya, akibatnya biasanya akan lebih buruk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com